JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan 7 jemaah haji Indonesia meninggal dunia di Padang Arafah, Mekkah.
Diketahui, jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia baru saja melaksanakan wukuf di Padang Arafah pada Selasa (27/6/2023) kemarin.
"Sampai selesai wukuf, dilaporkan ada tujuh jemaah wafat di Arafah," kata Menag Yaqut dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.tv, Rabu (28/6).
Menag tidak menjelaskan lebih lenjut mengenai identitas maupun penyebab meninggalnya 7 jemaah haji Indonesia di Arafah.
Suhu udara yang tinggi di Arab Saudi yang memasuki puncak musim panas, memang menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi jemaah haji asal Indonesia.
Suhu di Mekkah saat ini mencapai 45-50 derajat celcius, sehingga berpotensi menyebabkan jemaah mengalami kelelahan.
Baca Juga: Gunakan Bus Baring dan Bus Duduk, 238 Jemaah Haji yang Sakit Lakukan Safari Wukuf ke Arafah
Untuk mengantisipasi hal tersebut, jemaah diimbau untuk sering minum air putih secara rutin dan berkala. Posko kesehatan pun stand by selama 24 jam dan tersebar di beberapa kawasan.
Usai wukuf di Padang Arafah, jemaah haji nantinya atau pada hari ini Rabu (28/6) dijadwalkan akan melakukan lempar jumrah di Mina. Menag Yaqut mengatakan kondisi di Mina jauh lebih berat dibanding di Arafah. Sehingga perlu ada persiapan matang.
"Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama akan terulang, banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia. Kita tidak berharap," terang Menag.
Ia menjelaskan akan ada skenario khusus untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan, khususnya kepada lansia.
"Kita sedang siapkan skenario agar jemaah yang mayoritas lansia ini bisa beribadah dengan nyaman tanpa harus gugur kewajiban hajinya. Sebab, di Fikih banyak alternatif. Sehingga, mereka yang tidak mampu bisa dibadalkan lontar jumrahnya," sambungnya.
Menag Yaqut meminta Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah, agar mereka tidak memaksakan.
Baca Juga: Suhu di Mekkah Capai 45-50 Derajat Celcius, Posko Kesehatan Disiagakan saat Wukuf di Arafah!
"Jadi yang benar-benar mungkin saja yang boleh lontar jumrah sendiri dan boleh tawaf ifadah sendiri. Lainnya, jemaah yang secara fisik tidak memungkinkan, saya minta lontar jumrahnya dibadalkan," tegasnya.
Badal lempar jumrah adalah kegiatan mewakilkan atau menggantikan orang yang belum lempar jumrah karena secara fisik tidak mampu atau uzur, seperti sakit yang parah.
"Skenarionya badal, membadalkan jemaah yang tidak mampu. Jadi intinya kita tidak mau jemaah ini dipaksakan kondisi fisiknya," sebut Menag.
Gus Men, panggilan akrabnya, meminta PPIH untuk segera mengidentifikasi jemaah yang harus dibadalkan. Gus Men juga minta petugas untuk siap membadalkan jemaah.
"Saya kira kita memiliki petugas yang cukup untuk bisa membadalkan jemaah. Lempar jumrah itu kan satu orang bisa mewakili beberapa orang," sambung Yaqut.
Menag memastikan bahwa badal lempar jumrah itu sah secara fikih dan tidak dipungut biaya. Sehingga, jemaah tidak perlu khawatir.
"Tidak ada pungutan apa pun atas badal lontar jumrah. Bahkan, jemaah yang wafat dibadalhajikan oleh petugas, tanpa dipungut biaya. Demikian juga jemaah yang sakit dan tidak memungkinkan disafariwukufkan, juga dibadalhajikan, dan tidak dipungut biaya," lanjutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.