JAKARTA, KOMPAS.TV - Umat Islam di seluruh dunia tidak akan lupa malam itu, sebuah peristiwa keji yang merenggut Khalifah Ali bin Abi Thalib dan terjadi pada malam bulan suci Ramadan pada tahun 661 Masehi atau ke-40 Hijriah.
Khalifah Ali dibunuh secara keji oleh seorang bernama Ibnu Muljam. Ibnu Muljam adalah seorang seorang fasih Al-Qur’an dan berasal dari golongan Khawarij, golongan yang mengeklaim paling benar tentang Islam. Sedangkan kelompok lain salah.
Peristiwa keji itu terjadi usai salat Subuh pada 17 Ramadan atau 20 Ramadan—para sejarawan berbeda pendapat soal hari Ali Ibnu Muljam membunuh Ali saat sedang beribadah itu.
Pembunuhan Khalifah Ali itu akibat beda paham politik keagamaan yang berakibat pada perang Shiffin pada 37 H/ 648 M antara Muawiyah dan Ali. Kedua pemimpin Islam itu beda paham terkait suksesi kepimpinan dan keumatan.
Akibatnya, sejumlah kelompok yang tidak setuju keduanya muncul bernama kelompok bernama Khawarij. Ibnu Muljam adalah bagian kelompok ini.
Kelompok ini menentang keduanya, Ali dan Muawiyah, serta menganggap diri paling benar. Di luar kelompoknya salah dan kafir.
Ia merasa, kelompoknya sesuai dengan Al-Qur’an dan selain mereka wajib diperangi karena telah mengotori hukum Allah.
Ibnu Muljam sebagai bagian Khawarij ini dan berniat menghabisi keduanya, baik Ali bin Thalib maupun Muawiyah. Hingga saat subuh, Ali pun berpulang ditikam pisau oleh Ibnu Muljam.
Kematian Ali pun jadi kabar memilukan bagi Umat Islam, beliau adalah menantu suami dari Fatimah putri Nabi Muhammad. Sekaligus salah satu sosok paling awal masuk Islam, serta salah satu sosok terbaik di sisi Rasulullah.
Lautan manusia pun mengiringi kepulangannya.
Baca Juga: Asal-usul Perang Badar, Perang Dahsyat Umat Islam di Bulan Ramadan
Wafatnya Ali di tangan Ibnu Muljam di bulan suci Ramadan ini dianggap sebagai salah satu pembunuhan paling keji dalam sejarah.
Betapa tidak, ketika Ali sedang menunaikan ibadah dan waktu itu bertepatan dengan bulan suci umat Islam, beliau malah dibunuh hanya karena beda pendapat dan pemahaman soal politik.
Dikisahkan, Ibnu Muljam sengaja datang ke Kufah, Irak, tempat Ali, untuk membunuhnya dengan membawa sebilah pedang yang sudah dilumuri dengan racun mematikan.
Dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah karya Prof Dr Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, dikisahkan bagaimana Ali akhirnya wafat akibat racun mematikan tebasan pedang dari Ibnu Muljam.
“Tebasan pedang beracun itu sangat mematikan, sehingga tiada harapan bagi Ali untuk selamat dan sembuh,” tulisnya.
Baca Juga: Dua Pesan Penting Ali bin Abi Thalib untuk Para Wakil Rakyat
Ketika di penjara pun, Ibu Muljam tidak merasa bersalah. Bahkan, dikisahkan sempat negosiasi dengan Hasan, putra Ali bin Thalib, untuk membunuh Muawiyah sebagai ganti kebebasannya.
"Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu hingga api neraka melumatmu," kata Hasan.
Peristiwa yang begitu memilukan dan jadi noda dalam sejarah.
Sejarah mencatat, kelompok khawarij ini dan Ibnu Muljam mengilhami kelompok-kelompok ekstremisme yang kerap mengatasnamakan agama tapi justru berbuat keji. Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.