Maka malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisihlah mengenai kematiannya. Malaikat rahmat berkata: "Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadap sepenuh hati kepada Allah."
Namun Malaikat adzab berkata, "Dia belum pernah melakukan satu kebaikan pun."
Kemudian datanglah malaikat lain dalam rupa seorang manusia, maka mereka mengangkatnya sebagai penengah (hakim).
Maka sang penengah berkata, "Ukurlah jarak antara dua negeri itu, ke negeri mana ia lebih dekat, maka ia menjadi penduduknya."
Lalu mereka pun mengukurnya dan mendapatkan orang itu lebih dekat ke negeri yang akan dituju, maka malaikat rahmat pun mengambilnya.
Baca Juga: Matahari dan Bulan Lebih Berguna Mana? Jawaban Sufi Ini Menyebalkan, tapi Lucu
Dalam satu riwayat di dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, "Maka dengan negeri yang baik dia lebih dekat satu jengkal, sehingga dia dijadikan penduduk negeri yang baik tersebut."
Dan dalam riwayat Shahih Al-Bukhari juga disebutkan, "Maka Allah mewahyukan kepada negeri ini (yang penuh dengan kejahatan-pent) untuk menjauh, dan kepada negeri ini (yang penuh dengan kebaikan-pent) untuk mendekat.
Kemudian Allah berfirman, "Ukurlah antara keduanya."
Maka mereka mendapati dia lebih dekat satu jengkal dengan negeri yang baik. Maka ia pun diampuni."
Dalam riwayat lain disebutkan yang lebih dekat adalah bagian dadi dadanya, bukan seluruh tubuh dan itu cukup mengantarnya masuk surga, "Maka dia condong dengan dadanya ke arah negeri yang dituju."
Dari kisah ini dapat dipetik pelajaran tentang arti taubat dengan sepenuh hati bisa mengantarkan seseorang menuju Rahmat-Nya, meskipun dosa yang ia perbuat begitu besar. Sebab rahmat adalah milik Allah SWT semata. Wallahu A'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.