Untuk perputaran tahun, disepakati menggunaan penanda perputaran waktu bulan (Al-Qomari) sebagaimana sudah dipraktekkan bangsa Arab sejak ratusan tahun yang lalu.
Baca Juga: 1 Muharram 1444 H, Baiknya Perbanyak 12 Amalan Ibadah Berikut Ini
Sayyidina Umar waktu itu memilih waktu hijrah Nabi Muhammad lantaran para sahabat juga masih berselisih soal waktu kapan tepatnya Nabi Lahir, serta wahyu turun.
Hal ini lantaran, dalam tradisi Arab, penanda waktu adalah peristiwa, bukan tanggal.
Misalnya, kelahiran Nabi awalnya disebut bertepatan dengan tahun gajah karena ada peristiwa penyerangan Ka'bah waktu itu oleh Abrahah, seorang raja yang ingin menguasai Ka'bah, tanpa ada embel-embel tanggal ataupun tahun.
Sedangkan pilihan untuk tidak menjadikan waktu kematian Nabi Muhammad karena menurut Sayyidina Umar, itu merupakan tahun penuh kesedihan bagi umat Islam.
“Akhirnya beliau memilih tahun hijriah, selain karena jelas waktunya, hijrah dianggap pembeda antara haqq dan bathil. Dan menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah sebelumnya hanya berdakwah sembunyi-sembunyi,” kata Ahmad Sarwat.
Setelah urusan tahun, maka para sahabat pun diskusi tentang awal mula tanggal hijriah.
Sebab, hijrah Nabi sendiri sebenarnya bukan di Muharram, tapi di Rabiul Awwal.
Sayyidina Umar berpendapat, meskipun hijrah terjadi di Rabiul Awal, tapi permulaan Hijrah Nabi justru terjadi di bulan Muharram.
Tepatnya di penghujung Zulhijah ketika para sahabat membaiat Nabi Muhammad, sedangkan bulan setelahnya adalah Muharram, awal mula hijrah terjadi.
Akhirnya diputuskan, 1 Muharram jadi tanggal awal tahun baru bagi umat Islam.
Itulah sejarah 1 Muharram sebagai penanda awal tahun baru Islam. Dicetuskan di zaman Sahabat Sayyidina Umar bin Khatab sebagai penanda tahun Islam.
Baca Juga: Niat Puasa Asyura 10 Muharram, Penuh Keutamaan Luar Biasa Penghapus Dosa Setahun
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.