Lantas, kata Gus Baha, orang itu membenarkan dirinya mengambil dalil yang tertuliskan 'bumi itu dihamparkan' atau 'bumi itu digelar'.
Kemudian, lanjut pengasuh Pesantren Al-Qur'an LP3IA Rembang tersebut, orang tersebut justru memberi tafsir bahwa bumi itu digelar layaknya karpet, tidak seperti bola.
Apalagi itu berasal dari bayangan dia, kata Gus Baha, dan dikritik beliau.
Khususnya, ketika ia menafsirkan dalil tersebut hingga terjadi kesalahan dalam memahami dalil soal bumi.
"Itu karena orang itu tidak pernah ngaji Lughot," kritik Gus Baha.
Baca Juga: Wanti-wanti Gus Baha soal Mandi Junub Pakai Sampo Bisa Tidak Sah Ibadah, Ini Alasannya
Padahal, maksud 'bumi terhampar' itu maknanya adalah, menurut Gus Baha, dalam pandangan mata itu bumi memang seperti karpet.
"Tapi hakikatnya adalah, apakah memang seperti karpet? Apakah kamu tahu itu?" kata Gus Baha.
Lantas, beliau pun memberi analogi tentang kesamaan tentang bumi yang dilihat terhampar dengan hakikat matahari tenggelam di bumi.
"Hakikatnya, apa memang matahari tenggelam di bumi?" Kata Gus Baha.
"Ya tidak, kan. Bumi yang kita tempati ini secara zahir (kelihatan-red) memang tempak datar seperti karpet. Anda lari ke mana saja ya seperti karpet, tapi apa hakikatnya seperti itu?" imbuhnya.
Untuk itulah, kata Gus Baha, jika masih ada yang percaya bumi datar, apalagi seorang muslim, ia harus banyak lagi belajar, khususnya ilmu-ilmu terkait dengan ilmu agama seperti ilmu lughot, ilmi alat tanpa lupa belajar kepada ahli untuk urusan sains itu.
Sumber : Kompas TV/santri gayeng
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.