JAKARTA, KOMPAS.TV – Kisah ini bermula dari perjalanan seorang alim bernama Abu Hazim dan berjumpa dengan kuburan yang bersuara. Suara kuburan itu meringkik seperti bunyi keledai.
Kisah ini termaktub kitab ‘uyun al-Hikayat Min Qashas as-Sholihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnul Jauzi.
Pada suatu sore, Ibnu Hazim berjalan-jalan pada sebuah padang pasir. Lantas, ia pun berjumpa dengan dengan dua tenda dari bahan bulu.
Ibnu Hazim pun menghentikan untanya di hadapan tenda tersebut, lantas pergi menemui penghuningnya, dua orang perempuan. Satu masih muda dan satunya sudah tua.
“Apakah saya bisa mendapatkan makan malam atau sekadar tempat singgah untuk bermalam?” tanyanya.
“Tidak, demi Allah. Kami tidak punya apa-apa untuk malam, wahai orang alim. Di lembah ini, kami tidak punya apa pun, tidak pula kambing maupun keledai,” jawab salah satu dari mereka.
“Lha, kalian dengan apa bisa hidup?”
“Dengan Allah, orang-orang saleh dan jalanan,” jawab keduanya, hampir serempak.
Baca Juga: Kisah Lelaki Bersujud dalam Gua Puluhan Tahun, Makan dan Minum Hanya dari Pepohonan
Akhirnya, ia pun hanya bisa bermalam. Salah satu tenda penghuni lalu dikosongkan untuk orang alim tersebut. Namun, sepanjang malam ia terusik dengan bunyi keledai yang terus meringkik.
Padahal, katanya, sang pemilik tidak punya keledai.
Ia tidak bisa tidur sepanjang malam. Lantas, ia pun keluar dari tenda, mencari sumber suara tersebut. Suara itu ternyata berasal dari sebuah kuburan.
Di kuburan tersebut, ia melihat seekor keledai terkubur tanah hingga bagian atas kedua matanya, sementara telinga dan bagian atas punggung keledai masih terlihat dan tidak tertutupi tanah.
Sontak, hal itu membuatnya merinding. Lantas, keesokan harinya ia pun menemui dua orang perempuan itu.
“Tolong, ceritakan padaku apa yang terjadi pada keledai di kuburan itu?”
“Anda yakin hal itu? Tidak akan rugi jika menanyakan hal itu kepada kami?” jawab perempuan muda.
“Saya mohon, ceritakanlah kepadaku apa yang terjadi?” pinta orang alim.
Lantas, perempuan itu bercerita tentang keledai tersebut.
“Keledai itu, sungguh demi Allah, aslinya adalah wujud dari suamiku. Putra dari ibu ini. Dialah yang suara ringkikannya Anda dengar sepanjang malam tadi," jelas si perempuan muda.
“Demi Allah, selama ini saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih durhaka kepada ibunya melebihi suamiku ini. Setiap kali ibunya menegur suamiku, ia selalu berkata, "Pergi sana, meringkiklah seperti keledai!"," terangnya.
"Lalu, ibunya ini berkata, "Semoga Allah mengubahmu jadi keledai." Lantas suamiku meninggal. Kami menguburkannya di tempat yang Anda lihat. Demi Allah, dialah yang membawa kami ke lembah ini dan membuat kami tinggal di sini,” paparnya.
Sang alim tersebut pun hanya bisa berdoa.
Wallahu a’lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.