Untungnya, stigma negatif tersebut tak berlangsung lama. Masyarakat di lingkungan rumah orangtua Dea di Gubeng Kertajaya mulai menerima keluarga Dea dengan baik. Bahkan, Dea menuturkan bahwa warga di kampungnya menjadi lebih peduli dan ikut memberi semangat hingga bantuan.
Namun, stigma kembali muncul usai Dea sempat dinyatakan positif Covid-19. Dea kemungkinan besar tertular dari tiga anggota keluarganya yang meninggal. Sebab, saat masa perawatan, Dea ikut merawat langsung ayah, ibu, dan kakaknya yang terinfeksi Covid-19.
Suatu hari, Dea pernah mengurus surat keterangan ke RT/RW di lingkungan rumah Dea di kawasan Rungkut, Medokan Ayu, Surabaya. Namun, ketua RT setempat menolak memberikan surat keterangan lantaran mendapat informasi bahwa Dea positif corona.
Padahal, kata Dea, permintaan surat keterangan itu diwakili oleh keluarganya, tetapi tetap ditolak.
Baca Juga: Kasus Baru Covid-19 Bertambah 1.868, DKI Jakarta yang Tertinggi
Virus Corona Tak Bisa Dianggap Remeh
Dea merasakan betul bagaimana virus corona menginfeksi tubuhnya. Kala terinfeksi Covid-19 itu, Dea mengalami demam tinggi dan sesak napas. Indra penciuman dan pengecapannya sempat hilang atau tak berfungsi.
Masih mengutip dari kompas.com, Dea pun merasa heran karena masih ada masyarakat yang tidak peduli, tidak percaya, bersikap masa bodoh, bahkan menganggap enteng virus corona.
Selain itu, Dea mengakui banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 ini hanyalah sebuah rekayasa dan sekadar ilusi untuk menakut-nakuti orang.
Padahal, kata Dea, sudah ada banyak bukti dan contoh kasus tentang orang-orang yang terinfeksi dan meninggal karena Covid-19, salah satunya adalah keluarganya.
"Jadi orang-orang kayak gini, dijelasin bagaimana pun kalau mindset-nya enggak percaya atau bahkan masa bodoh, enggak bakal masuk. Karena mereka belum merasakan sendiri bagaimana rasanya kehilangan keluarga, orang-orang terdekat. Coba mereka merasakan kayak gitu, pasti bakal percaya bahwa Covid-19 itu ada," tutur Dea.
Baca Juga: Anies Baswedan: Kami Tangani Pandemi Covid-19 Secara Total
Menurut Dea, setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang Covid-19. Dia juga tak mau menyalahkan sebagian masyarakat yang mengklaim bahwa virus corona adalah konspirasi.
Namun, Dea berharap, masyarakat yang menganggap remeh virus corona ini tak seharusnya bersikap abai atau cuek apalagi sampai membahayakan orang lain dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.
Dea mengatakan, bila ada masyarakat yang menganggap remeh virus corona, setidaknya mereka setidaknya mematuhi protokol kesehatan dan tidak membahayakan orang lain.
"Bisa jadi mereka (yang menganggap remeh Covid-19) memang kebal, karena merasa masih muda. Tapi kan belum tentu orang-orang di sekelilingnya," ujar Dea.
Dea berharap, pengalaman pahit mengenai virus corona yang merenggut satu per satu anggota keluarganya bisa membuat masyarakat percaya bahwa virus corona itu nyata. Akhirnya, mereka diharapkan menjadi lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan orang sekitar.
Baca Juga: Pemerintah Beberkan Penyebab Kasus Positif Covid-19 yang Terus Naik
#Covid19 #Corona #Surabaya
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.