Dalam penerapan menggunakan cadar, Suhaili mengatakan, dirinya tidak akan membuat payung hukum seperti surat keputusan, instruksi bupati, atau perintah secara tertulis soal gerakan cadarisasi.
Semua disampaikan secara lisan hanya untuk kegiatan senam Jumat pagi. Namun, karena respons ASN cukup positif, maka akan dilakukan setiap hari kerja, bukan hanya hari Jumat saja.
Baca Juga: Larangan Cadar dan Celana Cingkrang, Wapres: Tak Terkait Agama, tapi Disiplin
"Jadi, tidak ada sanksinya, hanya gerakan yang menyenangkan dan menyehatkan saja. Wajib pakai cadar jangan dikaitkan dengan ajaran agama,” kata Suhaili.
“Bahasa cadarisasi itu menyebakan orang terjebak, menilai seperti perempuan yang mengenakan jubah. Laki-laki yang pakai celana cingkrang, bukan itu maksud saya."
Suhaili pun menanggapi santai dan tidak mempersoalkan terkait banyak pihak yang mengkritik atas gerakan yang dicanangkannya ini.
"Sah-sah saja, saya sudah jelaskan semuanya. Asalkan jangan terjebak pada istilah cadarisasi itu. Ini hanya strategi saya membuat mereka disiplin," katanya.
"Bahkan saya lombakan biar kelihatan sampai sejauh mana ASN saya menerapkan cadarisasi ini."
Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Pedagang Paham Wisata Lombok Ditutup
Respons ASN
Menanggapi gerakan wajib memakai cadar yang dicanangkan Bupati Suhaili, para ASN dari berbagai instansi di Lombok Tengah memberi respons.
Bagi sebagai besar ASN muslimah, gerakan itu bisa dilakukan secara bertahap sebagai proses belajar mengenakan pakaian muslim yang benar.
"Ya, minimal menutup aurat ya. Kan biasanya kalau Jumat olahraga atau senam itu banyak yang pakai celana ketat. Nah, kalau ditambah cadar pastilah malu pakai yang ketat-ketat,” kata Yayuh, salah seorang ASN di Lombok Tengah.
“Kami kemudian menyesuaikan pakai kulit atau celana yang longgar sehingga nyambung dengan cadar yang kami pakai.”
Salah satu ASN dari Dinas Pertanian Lombok Tengah, Kurnia, menilai gerakan cadarisasi sebagai hal positif bagi ASN muslimah.
Baca Juga: Kisah Keluarga Asal Rusia Terjebak di Lombok Imbas Covid-19, Mengamen Demi Bertahan Hidup
Dia berharap hal terebut tidak dilihat sebagai gerakan negatif atau kaitannya dengan radikalisme dan fanatisme.
"Kalau memang gerakan itu berdampak negatif, kapolres, dandim Lombok Tengah yang ada di lapangan saat bupati menyampaikan gerakan cadarisasi pasti sudah menegur atau memberi masukan. Tapi biasa saja mereka, jadi tidak ada masalah sih," kata Kurnia.
Baginya tindakan Bupati tersebut karena banyak ASN yang mulai longgar dan malas mengenakan masker.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.