PATI, KOMPAS.TV -
Lebih dari 5 tahun persoalan penambangan kapur sebagai bahan baku semen berikut pendirian pabrik semen di pegunungan Kendeng Sukolilo, Pati, menyisakan persoalan. Warga sekitar Kendeng, yang mayoritas petani sudah berkali-kali melakukan penolakan kegiatan penambangan di kawasan pegunungan Kendeng ini, dengan berbagai aksi.
Kali ini para perempuan Kendeng yang tergabung dalam gerakan Kartini Kendeng bersama Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), menjadikan momentum hari Kartini dan hari bumi untuk kembali menyerukan pelestarian alam Kendeng. Para sedulur Kendeng (sebutan warga Kendeng) merasa perlu ada tindakkan nyata untuk menghentikan kegiatan penambangan. Karena kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan setiap hari henti.
Kegiatan penambangan yang terus beroperasi dan berproduksi menyebabkan terjadi penurunan debit mata air di sekitar lokasi penambangan. Inilah alasan utama Para Kartini Kendeng melakukan aksi untuk menghentikan penambangan di wilayah Sukolilo, lokasi penambangan yang berada dalam Kawasan Bentang Alam Karst.
Selain itu penetapan kedaruratan kesehatan asyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Kepres nomor 12 tahun 2020, tentang penetapan bencana non-alam, penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional, menjadi pendorong aksi Kartini Kendeng untuk kembali memperhatikan dan fokus menyiapkan ketahanan pangan dengan tetap memperhatikan dan mengikuti instruksi Social Distancing dan Physical Distancing.
Aksi perempuan Kendeng yang mendatangi sejumlah lokasi penambangan batu kapur di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (21/4/2020), tidak berjalan baik. Dihadang sekelompok orang, hingga sempat ada ketegangan dan perlakuan tidak mengenakkan, diterima peserta aksi.
Rangkaian Aksi Kartini Kendeng di Dua Perayaan
Pada tangal 19 April 2020, pagi, para sedulur Kendeng datang ke titik tambang Desa Gadudero. Gunarti, salah satu Kartini Kendeng menyampaikan, mengharapkan dalam masa pandemi dan menyambut hari Kartini serta hari bumi diharapkan penambangan bisa berhenti. Dari pihak penjaga tambang menyampaikan siap untuk berhenti asalkan penambangan lainnya uga ikut diingatkan.
Satu jam berikutnya, Para seulur Kendeng mendatangi lokasi kedua di Desa Gadudero dengan maksud tujuan yang sama. Penjaga tambang menanggapi jika penambangan berhenti, keluarganya tidak mempunyai sumber penghidupan. Aksi Kartini Kendeng di hari pertama dicukupkan siang itu.
Aksi Menyiram Tanaman di Puncak Pegunungan Kendeng
Keesokan harinya, 20 April 2020, dilakukan dengan cara menyirami tanaman di puncak Pegunungan Kendeng. Tanaman ini adalah pohon yang ditanam para sedulur Kendeng pada bulan Januari – Februari 2020.
Tujuannya, untuk menjaga ekosistem dan kelestarian Pegunungan Kendeng. JM-PPK berkomitmen untuk menjaga tanaman tersebut hingga besar dan berbuah.
Kronologi Aksi Kartini Kendeng di Hari Kartini
Pada tanggal 21 April 2020, sekira pukul 11.45 WIB, para sedulur Kendeng mendatangi salah satu perusahaan tambang yang berada di Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Pati.
Kartini Kendeng menyampaikan niatnya pada para penambang, tentang aksi mereka memperingati hari Kartini dan menyambut hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2020.
Para sedulur Kendeng mengingatkan agar berhenti merusak bumi. Penjaga tambang berjanji akan menyampaikan ke pemilik tambang.
Kartini Kendeng mendatangi tambang yang berada di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Pati. Sesampainya di depan Pintu masuk tambang, para sedulur Kendeng dihadang sekitar 10 orang. Kartini Kendeng (Gunarti) mengajak berembug dengan cara baik-baik menjelaskan kedatangan para sedulur di lokasi tersebut.
Penjaga tambang, menghubungi pemilik tambang untuk datang ke lokasi penambangan. Salah satu penjaga tambang keras menyampaikan “Siapa saja yang mau menghentikan tambang akan saya hadapi dan tak lawan sampai mati“.
Pemilik tambang datang dan kemudian tidak terima adanya aksi di tambang miliknya, hingga emosi dengan mendorong Kartini Kendeng. Sang pemilik tambang pun mengancam para sedulur Kendeng dengan melarang keluar dari lokasi dan menyuruh Gunretno (tokoh sedulur sikep/Samin) untuk datang.
Jika Gunretno tidak datang dalam waktu 2 jam, jalan Sukolilo – Babalan akan ditutup dengan truk fuso. Beberapa belas menit kemudian, sekira 50 orang datang untuk bergabung dengan pemilik tambang dan mengintimidasi para sedulur Kendeng.
Sekitar pukul 13:30 WIB, Polsek Sukolilo datang ke lokasi dan berusaha untuk bernegosiasi dengan pihak penambang untuk membebaskan para sedulur Kendeng. Pihak tambang masih bersikukuh untuk menahan dulur-dulur agar tidak keluar dari lokasi tambang sampai Gunretno datang.
Setelah pihak polisi berusaha bernegosiasi kembali, para sedulur Kendeng akhirnya bisa pulang dengan alasan situasi wabah virus corona.
Aksi Sedulur Kendeng - JMPKK di Hari Bumi
Pada puncak peringatan hari bumi, tanggal 22 April 2020, Para sedulur Kendeng yang tergabung dalam JMPPK melakukan aksi Brokohan yakni melakukan refleksi dan doa bersama berkaitan dengan keselamatan ibu bumi. Aksi ini dilakukan dengan tetap pada protap kesehatan untuk menjaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan. Saat Brokohan berlangsung, dulur-dulur mendapat kabar bila sekitar dini hari Gazebo di Sono Keling terbakar. Pelaku pembakaran hingga berita ini dibuat, belum diketahui.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.