"Kita kan susah, katanya suruh memutus mata rantai penularan, gimana bisa motong (penyebaran corona) kalau (pasien positif) dirawat di rumah," kata Risma.
Penyebaran kasus positif Covid-19 di Surabaya diketahui cukup merata di 31 kecamatan dan jumlahnya tertinggi dibandingkan daerah lain di Jawa Timur.
Namun, berdasarkan catatan Pemkot Surabaya ternyata tidak semua pasien Covid-19 menjalani perawatan di rumah sakit.
Risma menuturkan, sesuai data yang dimiliki Pemkot Surabaya, terdapat 116 pasien positif Covid-19 rawat jalan. Sedangkan 107 orang yang positif menjalani rawat inap di rumah sakit.
"Kemarin saya juga meminta rumah sakit menerima seluruh pasien positif. Di data kami, ada 116 pasien positif rawat jalan, kemudian 107 rawat inap. Karena rumah sakitnya enggak cukup, akhirnya (116 pasien) dirawat jalan," kata Risma.
Baca Juga: Wali Kota Surabaya, Risma Pimpin Langsung Penyemprotan Disinfektan Guna Mencegah Penyebaran Corona
Bahkan, Risma sempat menelepon salah satu pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan di rumahnya. Risma juga bertanya mengapa tidak diopname di rumah sakit.
"Dia (pasien) itu bilang, ‘Ibu, katanya dokter enggak apa-apa (rawat jalan).’ Karena katanya dia gejalanya sesak nafas saja, bukan pneumonia. Tapi kalau gejala pneumonia, itu langsung otomatis harus dirawat di rumah sakit," ujar Risma.
Risma berharap agar semua pasien positif Covid-19 di Surabaya bisa dirawat di rumah sakit. Sebab, pasien positif yang dirawat di rumah berpotensi menularkan virus kepada keluarganya.
"Karena kalau di rumah itu, ada yang negatif kemudian ada yang positif, dia yang negatif ngerawat yang positif, sulit sekali dia tidak menjadi positif," kata Risma.
"Di rumah sakit saja yang protokolnya demikian ketat, ada perawat, ada tenaga medis, ada dokter, bisa terpapar (apalagi di rumah)."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.