KOMPAS.TV - Curhatan warga terkait dengan banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut), membuat iba. Dessy salah satunya. Kediamannya di Perumahan Kelapa Nias, Kelapa Gading, dilanda banjir.
Dessy tampak geram dan begitu menggebu-gebu meluapkan bencana banjir yang terus melanda perumahannya.
"Ini sudah bukan banjir tahunan lagi, ini sih sudah dua mingguan pasti banjir!" tutur Dessy sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Minggu (23/2/2020).
Kekesalan Dessy bukan tanpa alasan. Tempat tinggalnya di Kelapa Gading memang langganan banjir. Namun, baru kali ini dia merasakan banjir datang berkali-kali dalam waktu yang berdekatan.
Baca Juga: Pak Anies, Jangan Tenggelamkan Kelapa Gading, Warga Minta Kembalikan Dana Banjir
Sejak awal 2020, Dessy mengaku sudah merasakan empat kali banjir di rumahnya. Dia beserta warga lain di kompleks itu pun sadar mereka tinggal di daerah yang memang rawan banjir.
Di sekitar perumahan itu juga ada kali yang kerap meluap saat hujan deras terjadi. Namun, warga di sana bukannya tanpa upaya mengatasi banjir.
Tanpa sedikit pun bantuan pemerintah, mereka berswadaya membeli pompa air untuk menyedot air ketika kali mulai meluap. Demikian juga dengan patroli rutin hingga pembersihan saluran air.
Mereka bahkan membeli peralatan pengeras suara yang digunakan untuk membangunkan warga manakala banjir datang.
Ada pula warga yang memang sengaja meninggikan rumahnya untuk mengantisipasi banjir.
"Itu semua swadaya warga loh, enggak ada dari pemerintah. Toa itu juga punya kita, bukan punya pemprov," kata dia.
Meski segala upaya sudah dilakukan, Dessy yang juga anggota Linmas di perumahannya ini sangat berharap aksi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Termasuk Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan diharapkan bisa bertindak konkret mengatasi banjir.
"Ini sudah semakin parah, tolonglah berbuat sesuatu. Saluran air dicek lagi, sungai-sungai waduk dikeruk lagi, saya lihat sekarang tidak seperti dulu," ucap Dessy.
Baca Juga: Banjir di RSCM Sudah Surut, Menkes Meminta Periksa Fungsi Alat Medis
Banjir Era Ahok
Dia menuturkan, pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), alat-alat berat selalu disiagakan di sungai untuk mengeruk saat menghadapi musim hujan. Namun, pemandangan itu tak lagi dijumpainya kini.
Pada era Ahok, sebut Dessy, Kelapa Gading juga kerap banjir. Akan tetapi, banjir cepat surut, tidak seperti sekarang.
Hal senada juga diutarakan Ani, warga Perumahan Bangun Cipta Sarana, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Terakhir banjir itu enggak pernah dalam waktu berdekatan begini," tutur Ani.
Sama seperti Dessy, Ani juga menuturkan, saat ini dirinya juga mulai jarang melihat ada alat berat yang dikerahkan untuk mengeruk sungai yang melintas di Kelapa Gading.
Selain itu, Ani menyebutkan, biasanya ada pompa yang disiagakan di perumahan itu. Namun, kini pemandangan itu mulai jarang terlihat.
"Sudah lama, enggak pernah ada lagi," kata dia.
Baca Juga: Banjir Jakarta: 2.393 Jiwa Mengungsi, Jakut dan Jaktim Paling Parah
Menurut Ani, hal ini membuat banyak warga berspekulasi soal penyebab banjir di Kelapa Gading. Mulai dari tanggul jebol, dampak pembangunan LRT, hingga dugaan Pintu Air Sunter yang sengaja ditutup.
Dugaan terakhir itu akhirnya dibantah Pemprov DKI Jakarta lewat Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf.
Menurut Juaini, Pintu Air Sunter tetap dibuka. Namun, air tak bisa dialirkan ke laut karena air laut sedang tinggi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.