Kompas TV regional jabodetabek

Lanjutkan Warisan Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta Luncurkan Gerakan Belarasa

Kompas.tv - 24 April 2025, 18:12 WIB
lanjutkan-warisan-paus-fransiskus-keuskupan-agung-jakarta-luncurkan-gerakan-belarasa
Dalam upaya meneruskan warisan moral dan spiritual Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) akan meluncurkan Gerakan Belarasa pada Sabtu, 3 Mei 2025, di Museum Nasional, Jakarta. (Sumber: Istimewa)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV — Dalam upaya meneruskan warisan moral dan spiritual Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) akan meluncurkan Gerakan Belarasa pada Sabtu, 3 Mei 2025 di Museum Nasional, Jakarta.

Gerakan ini menjadi ajakan terbuka kepada masyarakat lintas iman untuk menghidupi nilai iman, persaudaraan, dan bela rasa dalam kehidupan sehari-hari.

Diprakarsai oleh Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ), Gerakan Belarasa tidak hanya ditujukan bagi umat Katolik, tetapi juga mengundang seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta membangun Indonesia yang lebih peduli terhadap sesama, terutama mereka yang terpinggirkan.

Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo menegaskan, gerakan ini merupakan kelanjutan dari nilai-nilai yang sejak 2014 digaungkan oleh Keuskupan, yakni hidup yang semakin beriman, semakin bersaudara, dan semakin berbela rasa.

Baca Juga: Surat Wasiat Paus Fransiskus, Ingin Dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore Roma

“Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin gereja Katolik, tetapi pribadi yang mewariskan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia,” ujar Kardinal Suharyo dalam keterangan pers, Kamis (24/4/2025).

“Ketika beliau berpulang pun, beliau tidak menginginkan kemegahan dalam upacara pemakamannya. Itu adalah teladan sejati," imbuhnya.

Saat menghadiri misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno pada 2024, Paus Fransiskus sempat mengutip pernyataan Bunda Teresa dari Kalkuta yang menyentuh hati banyak orang:

“Ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu. Dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur.”

Bukan Seremoni Semata

Gerakan Belarasa yang akan diluncurkan bukan sekadar seremoni.

Sepanjang hari, Museum Nasional akan menjadi ruang perjumpaan berbagai komunitas akar rumput, pelaku seni, tokoh agama, hingga sektor swasta, dalam semangat kolaborasi dan kasih.

Rangkaian acara akan dimulai pukul 10.00 WIB dengan doa bersama lintas agama yang dipimpin oleh Kardinal Suharyo bersama lima tokoh agama lainnya. 

Setelah itu, pengunjung dapat menyusuri Galeri dan Bazar Belarasa yang menampilkan berbagai karya pemberdayaan masyarakat hasil pendampingan LDD KAJ selama lebih dari enam dekade.

“Mayoritas penerima manfaat layanan kami adalah umat Muslim, bahkan banyak yang berasal dari kelompok transpuan. Kami belajar dari ajaran Paus bahwa berbela rasa berarti memeluk semua yang terpinggirkan,” kata Dita Anggraini dari Divisi Pelayanan Anak LDD.

Booth pelayanan anak LDD, misalnya, akan menghadirkan miniatur kelas PAUD dan KBA (Kelompok Belajar Anak), lengkap dengan alat peraga dan dokumentasi visual perubahan lingkungan. 

Anak-anak dampingan juga akan tampil mengenakan kostum profesi impian mereka dalam sebuah pertunjukan kecil bertema “cita-cita”.

“Kami akan membagikan kisah bagaimana LDD mendampingi masyarakat prasejahtera bukan dengan memberi, tetapi dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses perubahan," lanjutnya.

Baca Juga: Pelayat Lintas Agama Padati Kedubes Vatikan untuk Doakan Mendiang Paus Fransiskus

"Sebab prinsip pelayanan adalah Subsidiritas (masyarakat mengelola masalah mereka sendiri). Kami hadir bukan untuk menjadi pahlawan, tapi untuk berjalan bersama,” jelas Dita.

Dialog dan Pentas Musikal

Di ruang dialog, sejumlah tokoh nasional akan hadir untuk berbincang soal spiritualitas dan kemanusiaan. 

Mereka antara lain Kardinal Suharyo, cendekiawan Muslim Dr. Sukidi Mulyadi, Ketua PBNU Hj. Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, serta filsuf dan rohaniwan Katolik Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ. Dialog akan dimoderatori oleh sastrawan Ayu Utami.

Sebagai penutup, pengunjung akan disuguhi teater musikal bertajuk Mimpi Anak Pesisir yang disutradarai oleh Tanta Ginting. 

Teater ini melibatkan anak-anak dari komunitas marginal sebagai pemeran utama, sekaligus menghadirkan film dokumenter tentang kehidupan mereka di wilayah pesisir Jakarta Utara.

“Belarasa bukan sekadar empati pasif. Ia adalah keberanian untuk hadir, untuk terlibat, untuk bertindak. Bukan demi amal sesaat, tetapi demi perubahan yang bermakna," kata P. Adrianus Suyadi, SJ, Direktur LDD KAJ.

“Gerakan ini bukan proyek keagamaan, tetapi ruang untuk saling melihat, mendengar, dan bergerak bersama," imbuh Romo Adrianus.

Dengan mengusung tema He (Art) of Compassion and Hope, Gerakan Belarasa ingin menyalakan kembali asa di tengah krisis sosial dan menurunnya empati publik. 

Peluncuran ini akan ditutup dengan pernyataan dukungan dari mitra masyarakat sipil, tokoh agama, dan sektor swasta sebagai simbol komitmen untuk memperluas gerakan ke seluruh Indonesia.

“Maka kami mengundang seluruh warga, para aktivis, perusahaan swasta, pemerintah, pemuka agama untuk bersama-sama mendengarkan kisah dari orang-orang terpinggirkan di Jakarta. Dengarkan kisah mereka. Temui wajah-wajah harapan itu. 3 Mei 2025 di Museum Nasional,” pungkasnya. 

Baca Juga: Katedral Jakarta dan Keuskupan Agung Kupang Gelar Misa Arwah untuk Paus Fransiskus

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x