Baca Juga: Hari Ketiga Pencarian Anak Tercebur di Selokan Surabaya, BPBD Gunakan Drone
Balita tersebut diasuh oleh Wibi Harianto sejak usia delapan bulan karena kedua orang tuanya bekerja di Malaysia. Wibi menganggap balita itu sebagai anak sendiri.
"Sejak usia 8 bulan, dia tinggal bersama kami. Sudah kami anggap anak sendiri. Kami juga punya anak kandung yang seumuran dengannya, sudah seperti saudara’," ujarnya.
"Dia sudah bisa sedikit ngomong. Bapak dan Mamak. Anaknya lincah," kenangnya.
Saat kejadian, Wibi sedang bekerja di kawasan Surabaya Barat. Ia langsung bergegas pulang setelah mendapat kabar anak asuhnya hanyut.
"Saya langsung ikut nyemplung (mencari)," katanya.
Paman balita itu, Ghofur, juga ikut membantu Wibi dengan melakukan pencarian dengan memasuki gorong-gorong berukuran sempit.
Baca Juga: Pengemudi Mabuk yang Tabrak Lari Pesepeda dan Sebabkan Laka Beruntun di Surabaya Jadi Tersangka
"Saya sampai ikut masuk gorong-gorong dan saluran air berukuran 60 cm kali 50 cm. Tapi, masih belum ditemukan," ungkap Ghofur.
Ketua RT 8 RW 2 Babatan, Ainul, menjelaskan lokasi kejadian memang kerap menjadi langganan banjir karena posisinya lebih rendah dibandingkan RT lain.
Ia mengungkapkan, saat hujan deras, air melimpah ke selokan sedalam 50 cm dengan arus yang cukup kuat.
"Saluran di sini memang sering banjir, bisa sampai semata kaki karena memang dapat kiriman dari sana. Namun cepat kering," kata Ainul.
Rekaman CCTV yang sempat viral di media sosial menunjukkan detik-detik balita itu tergelincir dan terbawa arus.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan terhadap anak-anak, terutama di lingkungan rawan banjir.
"Namanya anak kecil, kadang belum tahu, kalau yang kadang (saluran) muncul gelembung-gelembung itu berbahaya. Justru ini memancing untuk mendekat," ujarnya.
Sumber : Tribun Jatim
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.