TANGERANG, KOMPAS.TV — Kasus pelecehan seksual atau pencabulan di sebuah panti asuhan di Tangerang ternyata sudah berlangsung selama belasan tahun.
Dean Desvi, salah satu donatur dan orang tua asuh di panti asuhan tersebut, menceritakan bagaimana ia pertama kali mengetahui adanya kasus pelecehan seksual.
Menurutnya, pengaduan awal datang langsung dari anak-anak asuhnya yang menyampaikan keluhan melalui pesan di media sosial.
"Saya pertama kali tahu karena memang ada aduan dari anak asuh saya. Mereka DM Instagram saya untuk mengadu bahwa mereka dilecehkan," kata Dean dalam program Kompas Petang, Rabu (9/10/2024).
Awalnya, Dean tidak langsung memercayai aduan tersebut karena kekhawatiran akan adanya fitnah. Namun, setelah melakukan klarifikasi dan interogasi terhadap beberapa anak, pola yang muncul dari cerita mereka ternyata serupa.
"Setelah saya tabayun, sekali saya datang, langsung korban lima," tambahnya.
Dean mengungkapkan bahwa para korban mengalami pelecehan selama belasan tahun, namun baru berani mengungkap kejadian tersebut belakangan ini.
"Sudah belasan tahun. Anak-anak yang menjadi korban baru berani mengungkap baru-baru ini karena memang mereka dirawat sejak usia 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun," ungkapnya.
"Mereka mungkin tahunya ini bentuk kasih sayang seorang ayah. Karena sebagian anak di sana ada yang tidak disekolahkan, tidak boleh terkontaminasi dengan dunia luar," tutur Dean.
Kecurigaan adanya kasus pelecehan seksual terhadap panti asuhan tersebut hampir tidak pernah muncul sebelumnya.
Baca Juga: 30 Anak Panti Asuhan jadi Korban Pelecehan Seksual di Tangerang, KPAI Duga Masih Ada 22 Orang Lagi
Menurut Dean, selama ini kegiatan di panti selalu tampak normal, terutama saat ada acara-acara besar yang melibatkan donatur.
"Ketika ada acara seperti kegiatan Muharam, Hari Anak Yatim, atau buka puasa bersama, itu selalu ramai. Kami tahunya acara ramai terus, tapi tidak tahu kan pagi-paginya," kata Dean, yang juga berprofesi sebagai guru dan dosen.
Lebih lanjut, Dean juga mengungkapkan tindakan pelecehan yang dilakukan oleh Sudirman dan pengurus lainnya terjadi secara perlahan dan dikemas dengan baik sehingga tidak ada gerak-gerik mencurigakan dari anak-anak.
"Itulah yang kami herankan. Anak-anak ini terlihat ceria, tertawa, karena dikemas dengan manis. Karena ini, pelan-pelan dia, dari elus-elus, dari sayang-sayang. Jadi si anak ini merasanya tuh dipegang alat kelaminnya ya merasa biasa saja, seperti kasih sayang ayah, saat saya tanyakan," jelasnya.
Berdasarkan laporan terbaru, jumlah korban pelecehan seksual di panti asuhan di Tangerang yang semula hanya satu orang, kini bertambah menjadi delapan orang.
Kasus ini pertama kali dilaporkan pada 2 Juli 2024 dengan satu korban anak. Namun, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian, jumlah korban terus bertambah.
Pada Selasa (8/10/2024), korban yang teridentifikasi mencapai tujuh orang, dan pada Rabu, jumlah korban kembali meningkat menjadi delapan orang, yang terdiri dari lima anak dan tiga orang dewasa.
Polisi telah menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini, yaitu Sudirman (49), yang merupakan ketua yayasan panti asuhan, serta dua pengurus lainnya, Yusuf (30) dan Yandi Supriyadi (28).
Sudirman dan Yusuf telah ditahan oleh pihak kepolisian, sementara Yandi kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) setelah dua kali mangkir dari panggilan polisi.
Polisi juga telah menyebar selebaran yang berisi foto dan ciri-ciri Yandi, serta meminta bantuan masyarakat untuk melaporkan informasi keberadaan tersangka tersebut.
Baca Juga: Satu Buron Predator Anak 'YS' Kasus Pencabulan di Panti Asuhan Masih Diburu Polisi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.