Kompas TV regional jawa tengah dan diy

Bermula dari Gempa Bumi Yogya, Kini Tularkan ke Warga Manfaat Energi Surya

Kompas.tv - 5 Agustus 2024, 12:05 WIB
bermula-dari-gempa-bumi-yogya-kini-tularkan-ke-warga-manfaat-energi-surya
Muhammad Awab, seorang pria di Dusun Ngemplek, Piyaman, Gunungkidul, menunjukkan cara penggunaan panel listrik energi surya di kediamannya, Minggu (4/8/2024). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Vyara Lestari

Dalam perkembangannya, Awab juga mengedukasi warga yang menggunakan listrik tenaga surya untuk menerapkan hemat energi namun tetap menjaga peralatan listrik tenaga surya agar lebih awet, khususnya baterai atau aki.

Sebagai edukasi hemat energi, ia menggunakan relay sebagai saklar otomatis yang memadamkan atau meyalakan aliran daya dari panel surya. Relay tersebut akan secara otomatis aktif saat cahaya matahari meredup di petang hari, kemudian berhenti mengalirkan daya saat panel menerima cahaya matahari di pagi harinya.

Dengan pola itu, lampu-lampu yang mengandalkan energi matahari akan padam saat pagi dan otomatis menyala saat petang.

Cara yang sama juga ia terapkan pada sejumlah lampu penerang bertenaga surya di jalan dusunnya. Ia memasang relay pada rangkaian lampu-lampu itu

Awab pun menyarankan pengguna listrik bertenaga surya untuk menggunakan peralatan, terutama bola lampu bertegangan searah atau DC, meski mereka bisa menggunakan peralatan berarus bolak balik atau AC dengan peralatan tambahan, yakni inverter.

Awab juga telah mengatur peralatan yang ia berikan pada warga untuk menyalakan tujuh mata lampu, yang disesuaikan dengan kapasitas panel.

Sementara untuk menjaga keawetan baterai, ia menyarankan warga menyalakan seluruh lampu pada siang hari saat musim kemarau seperti saat ini. Sebab, cahaya matahari yang ada sangat maksimal.

“Saat musim panas seperti ini pengisiannya maksimal maka pembuangan (penyaluran energi) harus diseimbangkan dengan pengisian supaya baterainya awet.”

Dari sejumlah perangkat pada rangkaian listrik tenaga surya, menurutnya, baterai atau aki merupakan bagian yang rawan rusak, sedangkan panelnya dapat bertahan minimal 25 tahun.

Panel surya hanya akan rusak jika retak atau pecah, atau jika terjadi korsleting listrik.

Tak hanya membantu memasang panel listrik bertenaga surya untuk tetangganya, Awab pun menjelaskan cara kerja serta perakitan perangkat atau rangkaiannya.

Biaya yang diperlukan untuk merakit rangkaian tersebut hanya di kisaran puluhan ribu rupiah. Biaya itu di luar harga panel dan baterai.

“Jadi dari panel sampai jadi lampu penerangan, kalau hasil rakitan teman-teman di enerji matahari kampung edukasi ini, simpel. Hanya dengan biaya Rp25 ribu sudah jadi. Itu untuk beli dioda, untuk beli relay, beli dua resistor, dan satu transistor,” tuturnya.

Secara sederhana, kata Awab, kabel yang keluar dari panel dihubungkan dengan dioda, kemudian disambungkan ke aki atau baterai sebagai penyimpan energi. Lalu, energi dari baterai disalurkan ke peralatan listrik menggunakan kabel seperti biasa.

“Untuk kebutuhan aki, itu yang terpenting adalah amperenya besar. Semakin besar ampere semakin bagus.”

Kini, bukan cuma warga sekitar yang ia edukasi, tetapi sudah merambah ke sejumlah warga di dusun bahkan desa berbeda. Ia mendampingi sejumlah petani dan nelayan untuk memanfaatkan energi surya.

Nasrun (38), seorang petani tembakau di Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, megambil panel surya yang biasa ia gunakan untuk pompa air di kebunnya, Minggu (4/8/2024). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Awab menunjukkan sejumlah video tentang kegiatan pendampingan itu, termasuk memasang panel surya pada perahu salah satu nelayan di Pantai Sadeng, Gunungkidul. Pembangkit itu digunakan untuk menyalakan lampu yang fungsinya sebagai penarik perhatian ikan saat melaut.

Ia juga mendampingi seorang petani di Nanggulan, Cawas, Kabupaten Klaten untuk memanfaatkan energi matahari sebagai pengusir hama di sawah. Caranya, ia memasang lampu penerang agar hama tanaman mendekat dan tidak mengganggu padi petani.

“Saya juga melakukan pendampingan pada satu petani tembakau, dia menggunakan panel surya untuk pompa air, airnya digunakan menyiram tanaman tembakau, hanya dibantu dengan aki kecil,” kata Awab. 

“Itu tepatnya di Desa Getas, Playen. Itu kedalaman sumurnya sekitar 7 meter, dengan kapasitas panel 100 watt.”

Dengan panel surya berkapasitas 100 watt, pompa air yang dipasang dapat menarik air dari sumur berkedalaman sekitar 6 meter, dan mengalirkannya dengan selang hingga lebih dari 50 meter.

“Itu pompa air yang lama, yang kecil di dekat tempat sampah,” kata Awab menunjuk pompa air bekas yang tergeletak.

Nasrun (39), petani tembakau yang diceritakan oleh Awab, menceritakan awal dirinya menggunakan listrik energi matahari untuk menyiram tanaman tembakau.

Nasrun sudah cukup lama menggunakan listrik tenaga matahari untuk menyalakan bola lampu di rumahnya, di Dusun Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Ia mengenal energi alternatif tersebut dari Awab.

“Saya pakai panel surya sudah cukup lama, untuk penerangan di rumah ini sudah sekitar 8 tahun, tapi kalau yang untuk pengairan itu baru sekitar dua bulan,” jelasnya.

Penggunaan energi listrik untuk pompa tersebut juga ia ketahui dari Awab.

“Kemarin-kemarin kan saya mengambil air kan masih manual, terus Pak Awab kasih tahu agar menggunakan pompa air. Awalnya pakai pompa kecil, kemudian diganti dengan yang ukuran lebih besar agar semburannya lebih kencang.”

Nasrun kemudian mengambil pompa air yang sering ia gunakan untuk menyiram tanaman tembakau di kebun. Setelah meletakkan pompa tersebut ke dalam ember berisi air, ia berjinjit dan  mengambil sesuatu dari atap rumahnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan PLTS Terapung Cirata, Ini yang Terbesar se-Asia Tenggara

Rupanya panel listrik tenaga surya yang biasa ia gunakan untuk pompa air, juga ia pakai sebagai sumber energi tambahan di rumahnya. Nasrun hanya melepas dua ikatan kabel, dan menurunkan panel tersebut.

Selanjutnya, ia menyambung dua kabel dari panel itu ke kabel lain yang terhubung dengan pompa air. Mesin pompa langsung berbunyi dan menyemburkan air yang diisap dari dalam ember.

Nasrun (38), seorang petani tembakau di Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, menunjukkan cara kerja listrik tenaga surya untuk pompa air, Minggu (4/8/2024). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Hari itu Nasrun tidak menunjukkan langsung proses penyiraman dari sumur di ladangnya ke tanaman tembakau, sebab sumur tersebut sedang kering. Saat musim kemarau seperti saat ini, air dari sumur itu terbatas.

Jika ia sudah menggunakannya untuk menyiram, sumur akan kehabisan air dan kembali berair satu atau dua hari kemudian.

Selain itu, jaraknya juga cukup jauh dari rumahnya. Biasanya Nasrun membawa panel surya dan pompa air tersebut menggunakan keranjang yang terpasang pada jok sepeda motornya.

Dengan adanya pompa air bertenaga matahari tersebut, ia mengaku lebih mudah untuk menyirami tanaman tembakaunya.


 

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x