"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata Fatihunada yang kerap dipanggil Gus Fatih, Senin (26/2).
Ia pun tidak menyangka jika santrinya tersebut meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh rekan sesama santri.
"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.
Usai mendengar kabar tersebut, ia dan sejumlah pengurus lain membantu pemulangan jenazah.
Pihak kepolisian telah melakukan visum terhadap jenazah santri BBM yang diduga dianiaya rekan sesama santrinya tersebut.
Visum dilakukan di RSUD Banyuwangi dengan didampingi pihak kepolisian. Adapun terhadap korban hanya dilakukan visum luar karena pihak keluarga menolak autopsi.
Kasatreskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega menyebut, hasilnya, ditemukan sejumlah luka pada jenazah korban
"Benar ada luka," kata Andrew, Senin (26/2), dikutip dari Tribun Jatim.
Namun, pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab luka tersebut. Pasalnya, pendalaman kasus ditangani Polres Kediri.
Sekitar satu minggu sebelum tewas, santri BBM sempat meminta dijemput orang tuanya. Permintaan tersebut disampaikannya melalui pesan Whatsapp (WA) kepada sang ibu, Suyanti (38).
Kepada sang ibu, korban mengaku ketakutan saat berada di pondok pesantren.
"Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput," kata korban yang disampaikan melalui tulisan pesan WA kepada sang ibu, sekitar seminggu sebelum tewas, dikutip pada Senin (26/2/2024) sore.
Menurut Suyanti, sang anak menyampaikan keinginan untuk pulang ke Banyuwangi sejak Senin (19/2/2024). Bahkan, korban sempat melakukan video call.
Meski demikian, buah hatinya itu tak menjelaskan dengan detail alasan mengapa ingin dijemput orangtuanya. Tapi sempat mengeluh sakit.
"Dia minta dijemput. Tak tanya alasannya kenapa, ndak disebutkan. Intinya minta dijemput, gitu," ungkap Suyanti, Senin.
Menanggapi pesan sang anak, Suyanti hanya memintanya bersabar untuk bertahan hingga bulan Ramadan. Mengingat, posisinya saat itu sedang berada di Bali untuk bekerja.
Ia pun meminta Bintang sang putra untuk membaca Al-Qur'an dan melaporkan kepada pengasuh pondok jika terjadi apa-apa.
"Terus ketika mau saya jemput sehari setelahnya, katanya tidak usah. Sudah enak dan nyaman begitu katanya," jelasnya, dikutip dari Kompas.com.
Ia pun mengaku tak menyangka jika anak bungsunya tersebut meninggal dunia di Ponpes.
Baca Juga: Wanita yang Tewas Membusuk dalam Kos di Tambora Diduga Dibunuh, Polisi Tangkap Terduga Pelaku
Sumber : Kompas TV/Kompas.id/Kompas.com/Tribun Jatim.
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.