BANDUNG, KOMPAS.TV - Banjir yang melanda Kampung Lamajang Peuntas, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Kamis (11/1/2024), menyisakan cerita tragis.
Salah satu warga, Yani Maryani (49), menceritakan nasib tragisnya ketika harta benda yang selama bertahun-tahun ia kumpulkan dengan susah payah, lenyap disapu banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cigede.
Perempuan yang membuka warung kelontong di rumahnya itu harus menelan kenyataan pahit ketika menyadari uang senilai Rp156 juta dan emas 50 gram miliknya hanyut terseret banjir.
Yani mengaku telah mengumpulkan uang dan emas tersebut sejak tahun 2000. Artinya, 23 tahun sudah dia mengumpulkan harta bendanya itu.
Baca Juga: Banjir dan Cuaca Ekstrem, BPBD Riau Sebut 2.006 Warga Masih Mengungsi
“Uang dan emas hilang. Uang dapet ngumpulin dikit-dikit. Kalau emas dari harga yang termurah sampai yang lumayan itu ada. Gelang punya anak saya juga disitu,” kata Yani, Selasa (16/1/2024).
Sejumlah barang-barang di rumahnya, termasuk etalase, kulkas, dan barang dagangan senilai puluhan juta, juga raib terbawa air banjir dalam hitungan menit.
Yani bilang, warga Kampung Lamajang memang sudah kerap mengalami banjir. Biasanya banjir setinggi mata kaki membanjiri permukiman warga ketika musim hujan datang.
Banjir sempat dapat tertangani ketika ada kolam retensi Andir yang dibangun. Sayangnya, banjir kembali datang pada Kamis sore dan menghempaskan benda-benda yang dilewatinya.
Yani dan keluarga sempat mempersiapkan diri dengan membereskan isi rumah, termasuk barang dagangan di warung dan uang tabungan serta emas.
Saat itulah, Yani mendengar suara benturan yang keras dari arah tanggul. Jarak antara rumah Yani dengan tanggul hanya 15-20 meter.
“Dug, dug dug, kayak ada yang membentur gitu,” katanya.
Baca Juga: Banjir Masih Merendam, Warga Dayeuhkolot Harus Gunakan Perahu untuk Terobos Genangan Air
Tak lama kemudian, tanggul jebol dan air langsung membanjiri pemukiman warga. Yani mengaku tak bisa lagi mendengar jeritan warga lain, hanya gemuruh air yang terus datang dengan arus yang cukup tinggi.
Ia yang berada di warung segera menyelamatkan anaknya, Evira (9) dan Tiara (21). Sementara suaminya, Itan Suhendar (43), berusaha menahan etalase yang terjungkal akibat terbawa air.
Satu-satunya yang Yani pikirkan adalah menyelamatkan diri. Sebab, potensi hanyut terbawa arus banjir sangat besar karena air mampu membawa kayu gelondongan.
Tiba-tiba, dinding rumah sebelah kanannya ambruk. Ia lantas menyelamatkan diri lewat dinding karena di depan pintu, air sudah tinggi.
Yani mengatakan banjir kali ini merupakan banjir yang terbesar selama ia tinggal di Kampung Lamajang.
“Banjir kali ini sekaligus besar, airnya datang seperti tsunami, temboknya juga sampai roboh,” ucapnya, seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Naas! Niat Ingin Hindari Banjir, Pemotor Ini Kehilangan Nyawa Usai Jatuh ke Sungai
Setelah banjir mereda, ia kembali ke rumahnya dan mencari harta bendanya. Yani bilang, uang dan emas itu mulanya disimpan di kamar, tapi kemudian digantung di tembok setelah dimasukkan ke kantong plastik.
"Pas inget, saya inget-inget disimpan di mana itu uang dan emas. Saya tanya ke anak, itu di tembok yang roboh. Saya sekarang udah cari, tapi belum ketemu.”
Meski kehilangan harta bendanya, ia bersyukur karena keluarganya selamat.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.