100.000 Warga Jakarta Terkena ISPA setiap Bulan
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan, dari 11 juta penduduk DKI Jakarta, sekitar 100.000 orang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulannya.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, hal itu terjadi akibat peralihan cuaca.
Seperti diketahui, saat ini sedang masuk musim kemarau dari sebelumnya musim hujan.
"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Ngabila, Jumat (11/8/2023).
Baca Juga: KLHK Terus Dorong Uji Emisi Kendaraan Guna Tekan Polusi Udara, Ini Alasannya!
Ia menjelaskan, polusi udara bisa menyebabkan berbagai penyakit. Selain ISPA, polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.
Ia menyarankan agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah jika tak ada keperluan mendesak.
"Seandainya kita mau keluar dari ruangan tertutup menuju ruangan terbuka sebaiknya menggunakan masker. Dan selama musim pancaroba ini jaga imunitas kita tetap baik dengan makan yang cukup dan bergizi, juga berolahraga," tuturnya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, sepanjang Januari-Juni 2023 ada 638.291 kasus ISPA.
Baca Juga: Iriana Jokowi hingga Wishnutama Kusubandio Dapat Bintang Kehormatan dari Presiden Joko Widodo
Rinciannya, Januari sebanyak 102.609, Februari 104.638, Maret 119.734, April 109.705, Mei 99.130, dan Juni 102.475 kasus.
Menurut Ngabila, pola kasus ISPA akan sama dari tahun ke tahun yakni mulai meningkat pada September, kemudian puncaknya di Oktober sampai November dan mulai kembali turun sesudah Maret.
"Tidak ada kenaikan kasus ISPA yang bermakna sejak bulan April sampai Juli 2023," ucapnya.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia menyatakan ada kenaikan kasus ISPA pada 2023 dibandingkan 2022.
"Ini kondisi yang kita lihat kurang lebih seperti era sebelum Covid-19 di 2019-2018. Di 2020-2021, penyakit memang mungkin mayoritas mengalami Covid-19, untuk saluran napas akut, 2022 mulai sedikit meningkat, di 2023 meningkat, dan kembali polanya seperti pada era 2019-2018," terangnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.