Akbar mengatakan, orang tua Altaf sebenarnya berusaha membantu untuk mengurangi beban tersangka.
Baca Juga: Tersangka Pembunuhan Mahasiswa UI Dikenai Pasal 340, Terancam Hukuman Mati
Akan tetapi, kata Akbar, lama-kelamaan tersangka enggan meminta bantuan kepada orang tuanya karena merasa tak enak hati.
"Dia pernah minta (bantuan uang) ke orang tuanya juga. Tapi lama-kelamaan gitu kayak enggak enak sama orang tuanya terus," ujarnya.
"Makanya dia mau nyelesain dengan cara-caranya sendiri, tapi cara-caranya itu tidak pernah dijelaskan ke kami sebagai temannya," imbuhnya, dilansir dari Kompas.com.
Sebagaimana telah diberitakan Kompas.tv sebelumnya, pembunuhan mahasiswa UI oleh seniornya itu terungkap usai polisi menemukan jenazah MNZ di kolong tempat tidur kamar indekosnya di Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat pada Jumat (4/8/2023).
Setelah diselidiki polisi, terungkap bahwa MNZ dibunuh Altaf yang merupakan seniornya pada Rabu (2/8/2023).
Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Wakasatreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Metro Depok AKP Nirwan Pohan mengatakan, Altaf diduga terjerat utang ke layanan pinjaman online.
“AAB diketahui terlilit tagihan pinjaman online (pinjol) plus mengalami kerugian akibat investasi kripto. Karena terdesak utang itu, ia berpikir untuk menguasai barang-barang korban," ucap Nirwan, Sabtu (5/8/2023).
Baca Juga: Pakar Hukum Pidana Sebut Penerapan Pasal 340 KUHP untuk Pembunuh Mahasiswa UI sudah Tepat
Nirwan mengatakan, Altaf diduga membunuh korban dengan cara menusuknya secara berkali-kali.
Menurut Nirwan, pelaku telah menyiapkan pisau yang digunakan untuk membunuh korban. Akibat perbuatannya, tersangka pun dijerat pasal pembunuhan berencana di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
"Pasal 340 (tentang pembunuhan berencana) atau 338 (pembunuhan) KUHP. Ancamannya bisa hukuman mati atau seumur hidup, minimal 20 tahun," jelas Nirwan.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.