JAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang anggota Polri berinisial Aipda M alias D disebut turut terlibat dalam kasus perdagangan ginjal ke Kamboja yang terungkap di wilayah Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Anggota Polri tersebut bersiasat menipu para tersangka penjualan ginjal dengan mengaku bisa membantu mereka dengan menghentikan kasus jika aksinya terendus aparat.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan Aipda M mengantongi keuntungan cukup besar hingga mencapai Rp 612 juta.
Baca Juga: Detik-detik Remaja di Lampung Kena Begal Payudara saat ke Warung, Ternyata Sudah Diincar Pelaku
"Yang bersangkutan menerima uang sejumlah Rp 612 juta ini menipu pelaku-pelaku, menyatakan yang bersangkutan bisa urus agar tidak dilanjutkan kasusnya," kata Kombes Hengki dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (20/7/2023).
Hengki menjelaskan, Aipda M berperan membantu sindikat tersebut dengan cara menghalang-halangi proses penyidikan yang dilakukan oleh tim penyidik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
"Aipda M menyuruh untuk buang handphone, berpindah tempat, yang pada intinya menghindari pengejaran pihak kepolisian," ucapnya.
Selain anggota Polri, komplotan pelaku perdagangan ginjal itu juga melibatkan seorang pegawai imigrasi berinisial AH. Adapun AH disebut berperan membantu meloloskan korban pada saat proses pemeriksaan imigrasi di Bandara Ngurah Rai Bali.
"Dalam fakta hukum yang kami temukan yang bersangkutan menerima uang Rp 3,2 juta sampai Rp 3,5 juta dari pendonor yang diberangkatkan dari Bali," ucap Hengki.
Hengki mengungkapkan ada 122 orang yang menjadi korban dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) tersebut. Hengki menyebut modus para tersangka yakni mencari korban melalui media sosial.
Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Tak Ada yang Boleh Intervensi PPATK: Jenderal dan Menteri Tidak Boleh
"Rekrut (korban) dari media sosial Facebook kemudian ada dua akun dan dua grup komunitas yaitu 'Donor Ginjal Indonesia' dan 'Donor Ginjal Luar Negeri', dari mulut ke mulut," ujar Hengki.
Setelah itu, ketika sudah mendapat pendonor ginjal yang akan dijual, kata Hengki, para tersangka kemudian mengelabui pihak imigrasi saat hendak berangkat ke Kamboja.
Menurut Hengki, para tersangka memakai beberapa nama sebuah perusahaan dengan menyebut akan melakukan kegiatan family gathering ke luar negeri.
"Pada saat keberangkatan ke luar negeri ternyata mereka palsukan rekomendasi beberapa perusahaan seolah akan family gathering ke luar negeri," ucapnya.
"Apabila ditanya petugas imigrasi akan ke mana? Family gathering ini ada surat tugasnya dari
perusahaan. Ada perusahaan yang dipalsukan oleh kelompok ini seolah-olah akan family gathering termasuk stempelnya.”
Dalam kasus ini, polisi telah menangkap 12 orang sebagai tersangka yang diduga terlibat dalam jaringan penjualan ginjal internasional tersebut.
Baca Juga: Bareskrim Polri Tetapkan 13 Tersangka Kasus Penipuan Robot Trading Net89, Kerugian Rp326 Miliar
"Sampai saat ini, tim menahan 12 tersangka," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/8/2023).
Karyoto mengungkapkan, 12 tersangka yang ditangkap itu berasal dari sindikat, luar sindikat, hingga instansi perdagangan ginjal Internasional tersebut.
"Sembilan tersangka sindikat dalam negeri, satu tersangka sindikat jaringan luar negeri, dua tersangka di luar sindikat, itu dari oknum instansi, oknum Polri ada," ucap Irjen Karyoto.
Adapun 12 tersangka yang berhasil ditangkap masing-masing berinisial MA alias L, R alias R, DS alias R alias B, HA alias D, ST alias I, H alias T alias A, HS alias H, GS alias G, EP alias E, LF alias L. Lalu, satu anggota Polri berinisial Aipda M alias D dan satu pegawai Imigrasi berinisial AH alias A.
Kepada 10 tersangka, polisi menjeratnya dengan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dan atau Pasal 4 Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.
Sementara untuk anggota Polri dijerat Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo. Pasal 221 ayat (1) ke 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Obstruction of justice/Perintangan penyidikan).
Baca Juga: Emosi David Ozora Meledak-ledak gara-gara Dianiaya Mario Dandy, Dokter: Ada Fungsi Otak yang Rusak
Selanjutnya, untuk pegawai Imigrasi dijerat Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Sumber : Tribunnews.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.