CIAMIS, KOMPAS.TV - Wakil Ketua Koperasi Tugu Cijulang Sobirin, memohon kepada anggotanya yang memiliki utang untuk membayar kewajiban mereka.
Koperasi tersebut sedang berjuang untuk mengumpulkan Rp2,9 miliar untuk mengembalikan simpanan 21 Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Cijulang. Sebanyak 61 guru termasuk dalam daftar debitur.
Sobirin memohon kesadaran dan keseriusan dari para debitur untuk segera membayar utangnya.
"Saya mengimbau kepada teman-teman yang punya piutang yang harus dibayar kepada kami, dibayar kepada sekolah. Mohon kesadarannya. Masalah ini akibat dari kelambanan bapak-ibu dalam membayar utang. Saya mohon ada kesedihan dan kesadaran masalah ini cepat selesai," tegasnya dalam Kompas Siang di KompasTV, Rabu (21/6/2023).
"Sebanyak 61 guru dari total 21 sekolah. Lengkap dengan datanya," jelasnya.
Baca Juga: Kasus Tabungan Murid SD Pangandaran Mandek Rp7,47 Miliar, Nabung Sejak Kelas 1 hingga 6
Sistem Gaji Non-tunai Hambat Pembayaran
Menurut Sobirin, penurunan tajam dalam pembayaran utang dimulai sejak penerapan sistem pembayaran gaji non-tunai.
"Dulu saat pembayaran gaji tunai, itu dulu kan tidak ada larangan bendahara memotong kewajiban ke koperasi atau setoran pinjaman. Jadi utang mereka itu dipotong langsung oleh bendahara dan disetorkan ke kami," jelas Sobirin.
Namun, sejak gaji mulai disalurkan langsung ke rekening, kesadaran anggota untuk menyetor utang ke koperasi menjadi sangat rendah.
Sebagai hasilnya, Koperasi Tugu kini hanya menerima Rp5 juta per bulan, berbanding jauh dengan laporan pembayaran utang sebesar Rp200 jutaan yang biasa mereka terima setiap bulan.
Baca Juga: Ternyata Tabungan Siswa SD di Pangandaran yang Belum Dikembalikan Capai Rp7,47 Miliar
Langkah-langkah penagihan telah diambil, termasuk penagihan di forum rapat, penagihan door-to-door, hingga menyita barang milik anggota.
Meski demikian, semua upaya tersebut belum membuahkan hasil yang memadai.
Sobirin juga mengungkapkan bahwa mereka sudah berusaha menjual beberapa aset untuk membayar utang, tetapi hingga saat ini belum ada yang laku.
"Mohon doanya dari masyarakat. Sudah lama kami menawarkan aset ini, tapi belum laku. Mudah-mudahan 2 hari ke depan bisa laku," imbuhnya.
Baca Juga: Tabungan Siswa SD di Pangandaran Senilai Rp 5 Miliar Raib, Dipinjam Oknum Guru
Selain itu Sobirin juga tidak sepakat dengan istilah tabungan uang yang hilang. Menurutnya permasalahan ini karena para peminjam belum membayar utangnya.
"Saya tidak sepakat dengan istilah uang tabungan hilang. Kalau hilang itu artinya tidak tahu di mana. Ini jelas, di guru sekian, di koperasi sekian. Hanya saja belum sempat dibayarkan," tegas Sobirin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.