JAKARTA, KOMPAS.TV - Kualitas udara Jakarta pada MInggu (18/6/2023) pagi menduduki peringkat dua terburuk di dunia, berdasarkan situs IQAir.
Sebagai informasi, IQAir adalah perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, yang mengembangkan pemantauan kualitas udara di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan data pukul 07.30 WIB, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 164 dengan polutan utama PM 2,5 dan nilai konsentrasi 80.8 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).
Udara Jakarta Minggu pagi ini dinyatakan tidak sehat. Angka kualitas udara di Jakarta itu didapat dari 21 kontributor, termasuk dari PurpleAir, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan AirNow.
"Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 12,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan dari situs IQAir.
Baca Juga: Jokowi Panggil Menteri LHK, Siti Nurbaya untuk Bahas Polusi Udara Hingga Kemarau Panjang
Selain itu, data juga menunjukkan, Jakarta pagi ini memiliki suhu 28 derajat celsius dengan kondisi cuaca berkabut. Nilai kelembapan udara hingga 84 persen dan embusan angin 3,7 km/h. Sementara itu, tekanan udara berada di angka 1.010 mbar (millibar).
Adapun, peringkat pertama kualitas udara terburuk di dunia ada di Johannesburg, Afrika Selatan, yang memiliki indeks kualitas udara 177.
Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memanggil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar ke Istana Negara, Jakarta, Jumat (16/6).
Dalam keterangan tertulisnya, Deputi Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan kehadiran Siti Nurbaya itu atas perintah Jokowi terkait polusi udara.
Dikutip dari Antara, mobil dinas jenis Alphard dengan pelat nomor RI 38 tampak terparkir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat siang.
Seperti diketahui, selama beberapa hari terakhir, kualitas udara di Jakarta kembali mendapat perhatian karena sempat menempati peringkat tiga teratas kota dengan kualitas terburuk di dunia, berdasarkan data IQAir.
Kendati demikian, hingga kini belum ada keterangan resmi mengenai hasil pertemuan Menteri LHK Siti Nurbaya dengan Presiden Jokowi tersebut.
Baca Juga: Data IQAir Hari Ini, Jakarta Duduki Peringkat Ketiga dalam Kualitas Udara Terburuk di Dunia
1. Hindari beraktivitas di luar ruangan
Melansir kemkes.go.id, terpapar pencemaran udara secara terus menerus memiliki dampak terhadap kesehatan diantaranya adalah gangguan saluran pernafasan, penyakit jantung, kanker berbagai organ tubuh, gangguan reproduksi dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Batuk, nyeri tenggorokan, hidung berair, dan sesak napas bisa menjadi gejala dan tanda dari dampak akut akibat paparan polusi udara. Gejala tersebut bisa memburuk hingga membuat seseorang mengalami sakit kepala, lemas, dan mual.
Oleh karena itu, bagi yang tidak memiliki kepentingan untuk bepergian, diimbau untuk tetap berada di rumah. Selain itu, Anda bisa menutup jendela untuk mencegah polusi udara masuk ke rumah.
2. Memakai masker
Bagi yang terpaksa bekerja atau harus beraktivitas di luar ruangan saat kualitas udara sedang buruk. masker adalah barang wajib yang harus dipakai.
3. Memakai air purifer
Air purifier adalah pemurni udara yang digunakan untuk mendapatkan udara sehat di dalam rumah.
Alat ini bekerja dengan cara menyedot udara ke dalam filter untuk disaring kemudian disalurkan kembali menjadi udara dengan kualitas bersih.
4. Kurangi naik kendaraan pribadi
Untuk mencegah dampak buruk polusi udara semakin memburuk, mulailah dengan menggunakan transportasi umum. Khususnya ketika bepergian, alih-alih membawa kendaraan sendiri.
5. Menanam pohon
Hal yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas udara yang buruk juga bisa dengan menanam pohon. Langkah kecil Anda akan sangat berdampak pada lingkungan generasi mendatang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.