JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia adalah negeri yang memiliki beragam kesenian. Di dalamnya, ada berbagai kesenian yang tak ternilai harganya. Sayangnya, di negara ini minim apresiasi terhadap seni-seni tersebut hingga akhirnya berpengaruh terhadap kehidupan para seniman.
Untuk membantu hal itu, Heri Pemad, Pendiri Art Jog, pun berusaha mengedukasi seniman agar mereka juga mempertimbangkan situasi pasar.
Hal ini ia sampaikan dalam perbincangannya bersama Wisnu Nugroho melalui siniar Beginu episode “Heri Pemad, Wadah Seni Bernama Art Jog” dengan tautan akses dik.si/BeginuHeriP2.
Dalam mendirikan Art Jog, kisah Heri bermula dari kesanggupannya menjadi kurir. Bahkan, ia pun hanya bermodalkan kepercayaan seniman karena minimnya dana yang dia miliki saat itu. Ia menekankan, “Ketika kepercayaan didapat, itu modal penting saya.”
Baca Juga: Tomi Wibisono, Perkenalan dengan Politik dan Kenakalan
Jadi, ketika galeri membutuhkan karya-karya seni yang ingin dipamerkan, Heri pun menawarkan untuk mencari seniman dan kurator yang cocok dengan tema. Ia bahkan bisa mengantarkan kurator tersebut untuk mencari para seniman.
Menjadi manajer seni, bahan-bahan literasi yang dibutuhkan untuk menunjang pengetahuan masih terbilang minim. Bahkan, Heri mengakui kalau ia belajar dari buku tata kelola musik yang ternyata alur kerjanya serupa.
Dari situ, ia belajar bagaimana bekerja sama dengan klien, tata kelola panggung, dan soal kontrak. Ia pun mulai menerapkan dan memberikan modifikasi dalam prosesnya. Satu hal yang sangat Heri tekankan pada para seniman adalah mereka harus bisa paham dasar-dasar hukum.
Heri menjelaskan alasannya, “Karena saya tahu ada beberapa seniman yang kehidupannya terzolimi.”
Usahanya itulah yang kemudian memunculkan manajer-manajer seni baru. Hal ini tentu menjadi kabar bahagia. Artinya, ada potensi seni akan dikelola menjadi lebih baik. Terlebih, manajer seni memiliki posisi yang setara dengan seniman. Bahkan, mereka adalah suatu tim yang membentuk satu kesatuan.
Tugas manajer pun tak serta-merta mengatur jalannya suatu pameran. Ia juga harus mampu menghadirkan referensi karya bagi seniman, berdiskusi dengan seniman soal karya, dan memberikan insight kepada mereka.
“Ya, kita berkesenian dengan cara yang berbeda, tidak harus menjadi seniman, pelukis. Nyeni juga kok, hahaha,” ujarnya sembari tertawa.
Dulu, ia hanya mendirikan Art Jog sebagai ‘wadah’ untuk membantu tanpa embel-embel bisnis. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai memikirkan nasib pekerja di bawahnya.
Akhirnya, dibentuklah suatu perusahaan bernama PT Heri Pemad Art Management agar ia terlihat lebih profesional. Bahkan, logonya pun dibuat oleh Farid Stevy Asta, pembuat logo KAI. Namun, karena sempat ada beberapa masalah ia pun menghilangkan kata ‘art’ dalam nama perusahaan.
Baca Juga: Pentingnya Membangun Mental Pantang Menyerah
Meski begitu, hal itu bukanlah suatu masalah sebab orang-orang sudah mengenalnya sebagai penggila seni. Ini adalah contoh nyata kekuatan personal branding yang sangat berdampak pada persepsi orang-orang.
Lantas, apa yang menjadi kekhawatiran Heri terhadap dunia seniman saat ini?
Temukan jawabannya melalui perbincangan lengkap Tomi Wibisono dan Wisnu Nugroho dalam siniar Beginu episode “Heri Pemad, Wadah Seni Bernama Art Jog” dengan tautan akses dik.si/BeginuHeriP2 di Spotify.
Di sana, ada banyak kisah dari para tokoh inspiratif yang mampu memberikan perspektif baru untuk hidupmu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniar Beginu dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya!
Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.