JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibu penghuni rumah mewah yang terbengkalai di daerah Cakung, Jakarta Timur, Eny Sukaesi, disebut menolak bantuan tetangga, meski mengalami kesulitan ekonomi.
Menurut Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, sikap Eny yang menolak untuk dibantu terjadi karena perempuan berusia 58 tahun itu masih syok untuk menerima kenyataan.
Rakhmat menilai Eny masih berat menerima kondisi ekonominya sekarang setelah sebelumnya hidup berkecukupan atau mungkin bergelimang materi.
Menurutnya, Eny masih tak terima kalau harus mengalami penurunan kelas sosial menjadi warga miskin perkotaan.
Situasi ini kerap sulit diterima karena malu dan direspons dengan cara menutup atau mengucilkan diri dan tak lagi ingin terkoneksi dengan dunia luar.
”Mereka merasa di lingkungan sosial itu kejam. Dalam kajian masyarakat sosiologi, bisa saja mereka bunuh diri karena merasa sudah tak berarti,” kata Rakhmat, Jumat (6/1/2023) dilansir dari Kompas.id.
Baca Juga: Sosok Tiko, Rawat Ibunya yang Diduga Depresi Belasan Tahun, Berjuang dengan Kerja Serabutan
Ia juga menyebut kasus Eny yang tinggal di rumah mewah terbengkalai dengan satu anaknya, Pulung Mustika Abima (23) alias Tiko ironis. Hal itu menunjukkan lunturnya keakraban atau kedekatan masyarakat perkotaan.
”Ini ironis dan kasus ini tak jauh dari pusat kekuasaan dan pusat ekonomi. Kasus ini menunjukkan semakin lunturnya kohesi sosial, kedekatan, dan keakraban masyarakat perkotaan satu dengan yang lain,” kata Rakhmat.
Sebenarnya, tetangga sekitar Eny dan Tiko sudah berinisiatif untuk menolong mereka.
”Dia kalau mau dibantu pasti menolak, selalu bilang masih mampu. Jadi, dia hanya meminta tolong kepada orang-orang tertentu,” kata salah satu tetangga bernama Fadly.
Ia juga mengatakan bahwa Eny hanya meminta bantuan kepada orang-orang tertentu, termasuk keluarganya.
"Memang dia suka minta tolong kepada orang-orang tertentu. Jadi enggak semua. Salah satunya ibu saya, keluarga saya. Jadi selang setahun bapaknya pergi itu," ujar Fadly, Kamis (5/1/2023) dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Kondisi Terkini Bu Eny dan Tiko, Pemilik Rumah Mewah Terbengkalai di Cakung, Dibawa ke Rumah Sakit
Menurut Fadly, permintaan bantuan tersebut disampaikan Eny kepada tetangga melalui sepucuk surat yang dititipkan kepada Tiko ketika mereka mulai menjual barang-barang dan perabotan di rumahnya.
"Jadi gini, Tiko bawa surat dari ibunya. Nulis noted 'Assalamu'alaikum Ibu haji. Ini saya butuh beras. Saya mau jual pot'. Terus ya sudah dibantu," kata Fadly.
"Jadi Tiko bawa pot ke rumah, bawa gorden di rumah dijual. Barang-barang dari rumahnya. Saat itu mungkin Tiko masih SMP," ujarnya.
Upaya warga menolong keluarga itu pun tak mudah. Bahkan, Eny kerap marah-marah, meneriaki tetangganya maling, dan membanting pintu, saat ada tetangga yang berusaha mendekat atau masuk ke rumahnya.
Akhirnya, para tetangga berusaha memberikan bantuan secara diam-diam melalui Tiko.
Senada, Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menyebut, selama ini Eny menolak bantuan dari tetangga dan warga sekitar. Menurutnya, penolakan itu karena Eny dulunya adalah orang yang berada.
Akan tetapi, sejak ditinggal sang suami pada tahun 2010, kondisi ekonomi Eny kian terpuruk. Meski membutuhkan bantuan, ia tetap merasa tidak perlu dibantu.
"Masih menganggap masih punya tabungan. Jadi bantuan-bantuan yang dari tetangga itu seolah nggak perlu," ungkap Slamet.
Baca Juga: Kondisi Rumah Mewah Ibu Eny Terbengkalai Diselimuti Debu Tebal, Tanaman Tumbuh Liar di Pekarangan
Ia juga mengatakan, pihak pengurus wilayah dan kelurahan selama ini tetap membantu keluarga Eny, salah satunya dengan mengurus berkas kependudukan Tiko saat beranjak dewasa.
Anak Eny itu pun diberdayakan menjadi petugas keamanan atau satpam di kompleks perumahan itu.
”Lingkungan sini juga membiayai Tiko agar mengikuti kursus mobil. Jadi, kalau ada warga yang bepergian, Tiko dipakai jasanya sebagai sopir pribadi,” kata Slamet.
Sumber : Kompas.id/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.