JAKARTA, KOMPAS.TV - Hewan ternak milik warga di permukiman kawasan Pegunungan Muria, dukuh Kemiren, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah diduga dimangsa hewan buas yang diyakini harimau jawa atau dikenal sebagai "Si Loreng".
Padahal, menurut catatan, harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) sudah dinyatakan punah tahun 1980.
Perangkat Desa Tempur Junaidi mengatakan hingga Selasa (25/10/2022) sudah ada empat ekor kambing ternak milik warga yang dimangsa hewan karnivora tersebut.
Adapun di antara kambing-kambing tersebut, ada satu yang ditemukan hanya luka-luka karena terpergok pemiliknya, Sukijan (58).
Kambing yang hanya luka tersebut kemudian disembelih oleh Sukijan.
Baca Juga: Penjerat Harimau Sumatera Ditangkap, Terancam Hukuman 10 Tahun Penjara
Warga bersikukuh bahwa yang mereka lihat merupakan harimau jawa berdasarkan ciri-ciri fisik yang ditunjukkan.
"Kami tunjukkan dua gambar harimau Jawa dan macan tutul, warga bersikeras harimau jawa. Bahkan warga ada yang melihat "ngloloh" atau ngasih makan anaknya," ujar Junaidi, dilansir dari Kompas.com, Jumat (28/10/2022).
Menurutnya, pengakuan warga tersebut mengejutkan lantaran selama ini jejak yang terekam adalah macan tutul.
"Menghebohkan karena biasanya penampakan macan tutul. Bisa saja terjadi sebab kamera trap tidak merekam seluruh kawasan hutan gunung Muria," ungkap Junaidi.
Ketua Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Pegunungan Muria Pranyoto Shofil Fu'ad mengatakan warga di permukiman kawasan hutan Pegunungan Muria sempat digegerkan dengan kemunculan macan tutul.
Di antaranya di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara dan di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kudus.
Berdasarkan data organisasi pemerhati lingkungan yang dipimpinnya, sejumlah bebek ternak warga dimangsa macan tutul sekira 3 bulan yang lalu.
Baca Juga: Penjerat Harimau Jual Tulang Belulang Rp 70 Juta Terancam Hukuman 10 Tahun Penjara
Hal ini tidak mengherankan karena kawasan hutan di Pegunungan Muria diidentifikasi menjadi habitat individu macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Pranyoto menjelaskan alasan macan tutul turun gunung biasanya untuk melindungi anaknya dari pemangsa.
"Jadi karakternya menjauh kawasan teritori, mendekati permukiman mencari makan untuk "ngloloh" anaknya," kata Pranyoto.
Saat ini, lanjutnya, kawasan hutan di Pegunungan Muria wilayah Kabupaten Kudus, Jepara dan Pati sudah terpasang sebanyak 40 kamera trap atas gagasan berbagai pihak termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng.
Adapun menurut Pranyoto kesaksian warga yang melihat harimau jawa hingga kini belum terbukti melalui kamera trap.
"Kalau dugaan harimau jawa itu memang sudah lama ada kesaksian warga di kawasan hutan Pegunungan Muria. Ciri-ciri fisik yang disampaikan memang serupa harimau jawa, hanya belum terbukti dari kamera trap. Sejauh ini cuma macan tutul," kata Pranyoto.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.