Kompas TV regional gaya hidup

Validasi Perasaan Kesepian di Masa Pandemi

Kompas.tv - 11 Agustus 2022, 13:47 WIB
validasi-perasaan-kesepian-di-masa-pandemi
Seorang perempuan yang kesepian (Sumber: Freepik)
Penulis : Ristiana D Putri | Editor : Desy Afrianti

Setiap orang pasti pernah merasa kesepian. Belum lagi pandemi Covid-19 memaksa kita untuk membatasi interaksi sosial.

Meskipun sekarang batasan itu mulai longgar, tapi kita masih harus menjaga jarak dan berhati-hati. Hal ini karena virus tersebut belum benar-benar hilang.

Azzah, teman Halo Jiwa, mengalami perasaan kesepian pasca melahirkan anak pertama. Perempuan itu kemudian berbagi pengalaman dan cara mengatasi kesepian melalui siniar Anyaman Jiwa dalam episode “Alasan Kenapa Aku Merasakan Kesepian” yang tayang di Spotify.

Selain harus beradaptasi dengan keluarga dan lingkungan baru, Azzah juga mengalami kondisi kesepian yang intens. “Makin diperburuk karena aku melahirkan di masa pandemi Covid-19,” ucap Azzah.

Baca Juga: Cat Lovers Simak, Ini Berbagai Tanda Kucing Sudah Mulai Bosan dan Kesepian

Edhborg dkk. (2005) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa perempuan yang menikah akan mengalami krisis identitas, terutama jika baru pertama kali memiliki anak. Secara sadar maupun tidak, mereka akan membandingkan kehidupannya yang dulu dengan yang sekarang.

“Dunia saya hanya sebatas rumah dan mengurus anak. Ketika saya melihat teman-teman yang lain bekerja dan berjalan-jalan sendiri dengan bebas, rasa kesepian itu bisa muncul lagi,” ungkap Azzah.

Perasaan kesepian yang dirasakan Azzah diperparah karena pandemi. Azzah jadi tidak bisa bercerita atau setidaknya melepas kepenatan dengan mengubah rutinitas. Ditambah pula munculnya perasaan cemas jika meninggalkan buah hati.

Azzah juga menyadari bahwa perasaan kesepian yang berlarut bisa memicu masalah mental yang lebih kompleks dan besar. Terlebih, Azzah juga merasakan kehidupannya hanya sebatas di rumah saja.

Sebagai manusia yang kehidupannya terkungkung, Azzah mengalami kurangnya validasi atas keberadaan dan perasaannya.

“Merasa tidak ada yang peduli dan memahami perasaan saya. Jadinya, semua masalah saya simpan sendiri,” ucap Azzah. Perasaan Azzah itu mencerminkan kesepian bisa muncul dari pengaruh internal dan eksternal, terutama merasa sendiri di tengah keramaian.

Baca Juga: Persiapkan Mental Sebelum Menikah, Penting Dirundingkan dengan Pasangan

Namun, merasa sendiri di tengah keramaian bisa dipicu karena seseorang tidak berada di lingkungan yang tepat atau tidak bisa menerima dirinya. Akhirnya, orang tersebut merasa tidak nyaman.

Ketidaknyamanan itu yang menyebabkan Azzah merasa tidak memiliki seseorang untuk diajak berbicara atau bertukar pikiran. Apabila perasaan itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin terkikisnya kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

Perasaan terisolasi dari lingkungan juga dapat memicu hormon stres sehingga timbul tekanan darah tinggi. Selain itu, kesehatan mental seorang ibu yang tertekan dan mengalami kesendirian akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak.

Itulah sebabnya Azzah menyadari bahwa dirinya harus keluar dari zona itu. Azzah tidak ingin fokus pada perasaan negatif. Karenanya, ia akhirnya memberanikan diri beradaptasi dengan lingkungan dan bertemu orang baru.

Dengan bertemu orang baru, kita bisa saling memberi afeksi dan konfirmasi atas keberadaan masing-masing yang mengembalikan semangat hidup.

Selain bertemu orang baru, Azzah juga secara bertahap memvalidasi perasaannya. Dia tidak mengingat-ngingat dan membandingkannya lagi.

“Tidak apa-apa ketika kita merasa tidak baik-baik saja. Terimalah perasaan itu. Terkadang, semakin kita menerima, semakin jiwa merasa lega,” kata Azzah.

Namun, reaksi positif Azzah tidak berhenti pada penerimaan saja. Perempuan itu memulai aktivitas yang membuatnya merasa senang. Karena berkegiatan positif mampu meredam sekaligus mengekspresikan perasaan kesepian.

Baca Juga: Penyuluhan Mental Health Bagi Pekerja Migran Indonesia di Singapura, 200 Orang Lolos Pelatihan!

Hal-hal yang dilakukan Azzah membantu dirinya untuk mengembalikan identitas dan konsep kebahagiaannya. Selain itu, Azzah juga menceritakan bahwa kita akan mengalami kesulitan apabila membebankan ekspektasi atau kebahagiaan kepada orang lain.

“Jangan gantungkan kebahagiaan kita kepada orang lain,” kata Azzah.

Kesepian dan segala kebaruan dalam kehidupan perempuan pasca melahirkan, khususnya masa pandemi, memang tidak mudah. Namun, bukan berarti kehidupan akan berhenti di situ saja. Teruslah berjuang dan berusaha sekuatnya.

Dengarkan informasi dan cerita kesehatan mental lainnya hanya melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Di sana, ada banyak cerita dari teman-teman yang mempunyai masalah hidup serupa sehingga kita tak akan merasa sendiri.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru yang tayang tiap Rabu dan Jumat!

Penulis: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x