Kebo bule itu nantinya akan berada di barisan paling depan, mengawal pusaka keraton Kyai Slamet lainnya.
Baca Juga: Sejarah Malam 1 Suro, Berikut Tradisi Perayaannya di Yogyakarta dan Solo
Melansir Perpusnas.go.id, kerbau yang memiliki kulit putih kemerah-merahan itu nyatanya bukan sembarang kerbau.
Kebo bule adalah pusaka penting sekaligus hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II.
Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, kebo bule awalnya merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II.
Kerbau itu diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat Paku Buwono II pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura.
Hingga saat ini, pihak keraton tidak pernah bersedia menjelaskan apa bentuk pusaka Kyai Slamet ini.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Puasa Sunah Bulan Muharam 1444 H/2022: Puasa Tasua, Asyura dan Ayyamul Bidh
“Karena bertugas menjaga dan mengawal pusaka Kyai Slamet, maka masyarakat menjadi salah kaprah menyebut kebo bule ini sebagai Kebo Kyai Slamet,’’ kata Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Surakarta, Kanjeng Raden Aryo (KRA) Winarno Kusumo.
Konon, tahun 1725 saat Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru leluhur kebo-kebo bule tersebut dilepas.
Perjalanannya diikuti para abdi dalem keraton, hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta –sekitar 500 meter arah selatan Kantor Balai Kota Solo.
Masyarakat Solo dan sekitarnya menganggap kebo bule sebagai hewan keramat.
Saat mengikuti kirab malam satu suro, warga biasanya akan berusaha menyentuh kebo bule.
Bahkan, kotoran kebo bule sering dinanti-nanti, jika jatuh di jalan, mereka akan berebut untuk dibawa pulang dengan keyakinan akan memberi berkah dan keselamatan.
Sumber : Kompas TV, surakarta.go.id, perpusnas.go.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.