BANTUL, KOMPAS.TV - Sebanyak 299 ekor sapi kurban dari 5.867 sapi di Kabupaten Bantul ditemukan cacing hati atau fasciola hepatica.
Tak hanya di hewan kurban sapi, petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pemkab Bantul juga menemukan 25 kasus cacing hati dari 3.964 ekor hewan kurban kambing yang disembelih, dan sebanyak 25 kasus dari 7.189 ekor hewan kurban domba dari yang dipotong.
Kepala DKPP Pemkab Bantul Joko Waluyo menjelaskan kasus cacing hati di hewan kurban ini dipengaruhi faktor pangan.
Baca Juga: Idul Adha di Tengah Wabah PMK, Pemkab Lumajang: Hati-Hati! Masak Daging Kurban Sampai Matang
Peternak memberikan pakan ternak yang langsung dari sawah, sehingga keong kecil atau siput itu sebagai pembawa parasit ikut terbawa.
Telur cacing hati keluar bersama feses dalam bentuk miracidia yang mampu bergerak, pada kondisi yang mendukung telur akan menemukan inang perantara yang biasanya berupa siput.
Di dalam tubuh siput telur miracidia tadi berkembang menjadi beberapa tahapan sampai keluar dari tubuh siput dalam bentuk cercaria.
Di luar tubuh cercaria akan berkembang dalam waktu 6-7 minggu bahkan ada yang berbulan-bulan hingga menjadi bentuk yang siap menginfeksi ternak kembali yang disebut metacercariae.
Baca Juga: Sapi Kurban Terperosok ke Selokan Sedalam 1,5 Meter, Warga Putuskan Sembelih di Tempat
"Fasciola hepatica pada hati hewan kurban itu kan terus terang karena dipengaruhi oleh pakan. Jadi ternak-ternak itu diberikan pakan yang langsung dari sawah, sehingga ada keong kecil-kecil itu sebagai pembawa parasit," ujar Joko, dikutip Antara, Ahad (10/7/2022).
Joko menambahkan cacing hati dalam ratusan hewan kurban bukan masalah karena dagingnya masih aman dikonsumsi. Asalkan hati yang rusak terkena cacing dibuang atau dimusnahkan.
"Tapi itu tidak masalah sebetulnya, hanya saja hati yang rusak itu dibuang, tidak masalah. Maklum kemarin adanya wabah PMK (penyakit mulut dan kuku), sapinya banyak dari luar Bantul," ujarnya.
Baca Juga: Sapi Kurban Berbobot 1 Ton Milik Bupati Cirebon Ngamuk, Seruduk 2 Orang hingga Terluka
Dikutip dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, daging hewan yang mengidap cacing hati masih bisa dikonsumsi.
Caranya petugas pemotongan hewan ternak membuang bagian hati yang terkena cacing, karena secara estetik bagian ini tidak layak untuk dikonsumsi.
Jika infeksinya cukup parah sehingga sebagian besar hati terinfeksi, dianjurkan untuk menyingkirkan seluruh organ hati, namun daging ternak yang lain masih bisa dikonsumsi.
Baca Juga: Amankah Konsumsi daging Kurban di Tengah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku?
Disarankan organ hewan kurban yang terinfeksi cacing hati, sepeti isi perut, terutama bagian usus disarankan untuk dikubur.
Hewan ternak yang dijumpai cacing hati dewasa di hati, sering kali ada telur cacing pada usus maupun fesesnya.
Dengan mengubur seluruh isi perut terutama isi ususnya diharapkan akan dapat memutus siklus hidup cacing agar tidak menginfeksi ternak lain nantinya.
Cacing ini hidup di hati atau saluran empedu dari ternak inangnya, kemudian bertelur pada kelenjar empedu dan selanjutnya dibawa ke usus dari hewan ternak.
Baca Juga: Resep Gulai Kambing Padang: Sederhana tapi Kaya Rempah, Cocok untuk Hidangan Iduladha 1443 H
Telur cacing tersebut selanjutnya keluar bersama feses dalam bentuk miracidia yang mampu bergerak, pada kondisi yang mendukung telur akan menemukan inang perantara yang biasanya berupa siput.
Di dalam tubuh siput telur miracidia tadi berkembang menjadi beberapa tahapan sampai keluar dari tubuh siput dalam bentuk cercaria.
Di luar tubuh cercaria akan berkembang dalam waktu 6-7 minggu bahkan ada yang berbulan-bulan hingga menjadi bentuk yang siap menginfeksi ternak kembali yang disebut metacercariae.
Baca Juga: Detik-detik Anies Potong Sendiri Kurban Sapi 1 Ton Miliknya: Diajari Ayah Sejak Kecil
Cacing hati dapat menginfeksi manusia secara tidak sengaja dengan mengkonsumsi telur cacing dalam bentuk metacercaria dari air ataupun daun yang membawanya.
Tetapi jika mengkonsumsi daging hewan kurban yang terinfeksi cacing hati, tidak berisiko untuk menjadi agen penularan kepada manusia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.