Menurut Wiwin, pendampingan orangtua dan keluarga dapat diukur dengan menjawab dua pertanyaan, yaitu:
1. Sudah cukupkah selama ini memberikan stimulasi perkembangan yang mampu menguatkan kontrol diri anak?
2. Sudah tepatkah langkah orangtua dan keluarga dalam membantu anak memahami dirinya dengan baik, mampu mengelola emosinya, sehingga anak remaja memiliki wawasan serta keterampilan sosial yang memungkinkannya memilih perilaku yang tepat di tengah pengaruh di sekitar yang beragam?
"Di banyak kasus dari anak dan remaja yang memunculkan problem perilaku, sering ditemukan data, kurang baiknya relasi anak dengan orangtua," terangnya.
Tak jarang, kata Wiwin, persoalan perilaku remaja timbul akibat adanya konflik atau ketidaknyamanan dalam keluarga. Akibatnya, remaja mengalihkan konflik itu dengan mencari kesenangan atau pengakuan di tempat lain.
Baca Juga: Kembali Berulah, Sejumlah Remaja Hadang Truk Demi Konten Hingga Sebabkan Kecelakaan!
Wiwin juga menegaskan, orangtua perlu menyadari bahwa mendampingi perkembangan remaja tidak sama dengan mengasuh anak-anak.
Sebab, setiap tahapan memiliki karakteristik yang khas dan kebutuhan masing-masing. Untuk itu, orang tua perlu melakukan berbagai penyesuaian.
"Pendampingan yang mendukung perkembangan kemampuan berpikir remaja perlu dilakukan dengan memperbanyak ruang dialog dan diskusi, dengan meluaskan pula topik pembicaraan yang dapat memberikan stimulasi lebih dan memperkaya pengetahuan remaja dengan berbagai macam wawasan," imbuhnya.
Wiwin mengutip Teori Ekologi oleh Bronfenbrenner bahwa tak hanya orangtua dan keluarga, namun juga sekolah merupakan bagian dari mikrosistem tumbuh kembang individu yang perlu dioptimalkan.
Peran-peran positif guru dan teman sebaya penting dalam tumbuh kembang remaja.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.