YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Beberapa tokoh publik dijadwalkan dan sudah mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terbaru, usai memberikan ceramah, Gubernur DKI Jakarta Anies langsung dikerumuni oleh para jemaah yang hadir. Tak lupa, para jemaah juga mengabadikan momen itu dengan ponsel.
Tak hanya itu, teriakan 'presiden' berulang kali menggema dari para jemaah yang hadir di masjid tersebut.
Sejarah masjid ini berawal dari tahun 1998. Tepat saat pemerintahan Orde Baru dan Soeharto lengser di tanggal 21 Mei 1998, saat itu pula panitia pembangunan masjid kampus UGM tengah menentukan arah kiblat.
Baca Juga: Ceramah di Masjid Kampus UGM, Anies Terasa seperti Pulang ke Rumah Sendiri
Penentuan ini melibatkan pihak Departemen Agama RI (Depag) dan tim dari jurusan Teknik Geodesi UGM.
Dinukil dari masjidkampus.ugm.ac.id, Jumat (8/4/2022) setelah arah kiblat ditentukan, pembangunan Masjid Kampus dimulai dengan biaya yang tidak banyak, Rp60 juta.
Dulunya lokasi masjid itu adalah area pemakaman yang dinaungi oleh Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY) yang saat itu dipimpin oleh Onggo Hartono seorang pengusaha.
Sedangkan tanah area pemakanan masih terhitung sultan ground, untuk merealisasikan gagasan pendirian masjid, Prof. Koesnadi sebagai Rektor akhirnya mengumpulkan beberapa mahasiswa arsitek membuat desain masjid.
Setelah desain masjid selesai dan perencanaan lebih siap, Prof. Adnan sebagai Rektor berikutnya, mengeluarkan SK kepanitiaan yang menunjuk Prof. Koesnadi Hardjasoemantri sebagai ketua panitia pembangunan masjid kampus.
Baca Juga: Bubur Sayur Lodeh, Takjil Sarat Filosofi di Masjid Kauman Yogyakarta
Setelah melalui pembahasan bersama pihak keraton, pihak keraton memutuskan bahwa makam tersebut boleh dijadikan lahan masjid tanpa perlu mengganti harga tanahnya.
Akhirnya, panitia menetapkan makam sebagai lokasi bakal Masjid Kampus dan segera melakukan pemindahan makam yang berasa di area itu.
Pada akhir pemindahan, panitia menemukan dua buah makam yang berada di bawah pohon kamboja di luar pagar kompleks makam.
Setelah ditelurusi ternyata makam tersebut merupakan makam Kiai Mbulak dan Nyai Sumur, dua tokoh masyarakat sekitar dianggap sebagai leluhur lokasi Bulaksumur saat ini.
Setelah dibongkar ternyata tidak diketemukan kerangka atau apapun di dalam makam jawa itu. Akhirnya tanah yang ada di tempat tersebut dimasukan ke dalam peti dan dipindah ke makam Kuncen.
Baca Juga: Respons Ikatan Pelajar Muhammadiyah Soal Kekerasan Jalanan Melibatkan Remaja di Yogyakarta
Pohon Kamboja yang menaungi kedua makam Jawa sempat ditawar seseorang harga penawaran sebesar tiga juta rupiah, jumlah yang besar pada tahun itu.
Konon menurut si calon pembeli, pohon kamboja tersebut akan di jadikan semacam jimat.
Penawaran tersebut ditolak pihak panitia masjid dan hingga kini pohon kamboja yang sama masih menaungi lahan parkir Masjid Kampus UGM.
Sedang proses pemberian nama Masjid Kampus UGM memiiiki kisah unik, sebab ada yang mengusulkan nama seringkali diiringi dengan kontroversi.
Banyak yang mencurigai adanya motif bahwa pihak-pihak tertentu sengaja ‘menitipkan’ atau 'memesan' nama dengan kepentingan tertentu untuk masjid kampus.
Akhirnya, Rektor saat itu mengajukan usulan agar penamaan masjid kampus cukup dengan Masjid Kampus UGM.
Hal ini didasari pada pengamatan bahwa di Timur Tengah, dimana penamaan masjid merujuk pada lokasi tersebut.
Pada Bulan Ramadan tahun ini, Masjid Kampus UGM menghadirkan sejumlah tokoh seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan sejumlah tokoh lain.
Malam ini, Jumat (8/4/2022) ceramah tarawih akan diisi oleh Menteri Pendidikan dan Budaya Nadiem Makarim.
Baca Juga: Diteriaki Presiden saat Ceramah di Masjid Kampus UGM, Anies: Saya Tuntaskan Dulu Tugas di Jakarta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.