Baca Juga: Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul yang Tes Antigennya Positif Covid-19 Pilih Pulang
"Jadi pengemudi tidak ngegas sama sekali. Bus itu tinggi kecepatannya karena ditarik gaya gravitasi dan pengaruh gigi tiga," jelasnya.
Kondisi tersebut semakin diperparah oleh jalanan yang menurun dan penuh tikungan, sehingga pengemudi bus itu hanya bisa melakukan pengereman secara intens.
Sampai akhirnya, jelang titik kecelakaan, pengemudi sulit untuk memperlambat laju busnya karena mengalami angin tekor.
Angin tekor sendiri merupakan istilah dari situasi saat stok angin di reservoir yang digunakan untuk mengaktifkan aktuator dalam sistem pengereman tak cukup.
Baca Juga: Olah TKP Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul, Polisi Tak Temukan Tanda-Tanda Pengereman
"Kemudian dia (pengemudi) coba memindahkan gigi dari tiga ke dua, namun itu hal yang tidak mungkin terjadi, maka ia masuk ke netral," terang Ahmad.
"Pembantu pengemudi pun ngomong, 'Iya Pak, masuk netral'. Ketika masuk netral, pengemudi (kemungkinan) panik belum sempat menarik hand grip, tapi bus sudah menghantam tebing," imbuhnya.
Namun, Ahmad belum dapat memastikan apakah hal tersebut benar-benar menjadi alasan di balik kecelakaan bus itu.
Lantaran, pengemudi busnya sudah meninggal, padahal ia yang mestinya paham betul dengan kondisi angin tekor itu hingga membuatnya sulit mengurangi kecepatan.
"Nantinya hasil penyelidikan menyeluruh akan dipaparkan kepada pihak terkait. Harapannya, selain perbaikan dari sisi penyedia transportasi, juga ada upaya untuk meningkatkan keselamatan di jalur Bukit Bego, Imogiri, Bantul," pungkas Ahmad.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.