YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Olah tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan bus pariwisata di Bantul mulai digelar hari ini, Senin (7/2/2022).
Diketahui olah TKP sudah dilakukan sejak pukul 08.30 WIB oleh pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bersama pihak kepolisian dari Korlantas Polri dan Mapolda DIY.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan pihaknya akan menghimpun data meliputi pemeriksaan geometri jalan, penjelasan penduduk yang menolong, memastikan ketersediaan sabuk pengaman hingga mengevaluasi jalan Imogiri-Dlingo.
"Jadi kita memeriksa geometri jalan, kemudian kita lihat bukit mana yang ditabrak oleh bus. Lalu meminta penjelasan dari penduduk yang menolong dan berapa orang yang terlempar ke luar dan kondisinya penumpang ke luar itu seperti apa," kata Soerjanto Tjahjono dalam Breaking News KOMPAS TV, Senin (7/2/2022).
Terkait penumpang yang terlempar ke luar, Soerjanto mengungkapkan hal tersebut diduga yang menyebabkan terjadinya fatalitas.
Melansir ejournal.undip, fatalitas atau fatality adalah korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal dunia seketika atau yang mati dalam waktu 30 hari sejak terjadinya kecelakaan.
"Karena kalau sampai penumpang ke luar itu biasanya itu terjadi fatalitas. Nah ini yang kita lihat apakah di dalam bisnya ada sabuk pengaman atau enggak," ungkapnya.
Baca Juga: Sejumlah Fakta Temuan KNKT di Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata Tabrak Tebing di Bantul
"Seandainya mereka pakai sabuk pengaman, mungkin tidak perlu fatalitas terjadi," sambungnya.
Selain itu, dari proses olah TKP yang dilakukan pihaknya juga akan melakukan evaluasi terkait keamanan bus pariwisata besar untuk melintas di jalan Imogiri-Dlingo yang didominasi tanjakan dan tikungan tajam.
"Kemudian kami juga berpikir apakah bis sebesar itu masih aman lewat di sini, itu yang akan kami evaluasi. Jika tidak aman mungkin akan ada tempat parkir tertentu dan nantinya menggunakan mobil kecil untuk naik jika ingin berwisata ke Imogiri," jelasnya.
Sementara ini, Soerjanto mengatakan pihaknya telah mengukur kemiringan tanjakan di sekitar Bukit Bego tempat terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan hasil pengukurannya, tanjakan di sekitar lokasi kejadian berkisar mulai dari 17 hingga 20 persen.
Ia menyebut dengan nilai kemiringan itu sangat riskan untuk dilewati bus besar. Selain memeriksa kemiringan di lokasi kejadian, pihaknya juga akan memeriksa kondisi bus. Terutama terkait dugaan malfungsi.
"Kita sudah ngukur tanjakan di sini, kemiringannya, ada yang 17 persen ada yang sekitar 20 persen. Untuk bus seperti itu cukup riskan untuk melewati jalur ini. Itu yang kami dapatkan nanti kita akan liat di busnya apakah ada malfungsi atau yang lain," paparnya.
Soerjanto juga menyatakan pihaknya masih akan melakukan olah TKP hingga empat hari ke depan. Setelahnya, hasil pemeriksaan akan dibawa ke Jakarta untuk dianalisis. Perkiraannya, hasil analisis baru bisa selesai sekitar dua bulan setelah pemeriksaan.
"Olah TKP sampai besok baru selesai, kemudian data-data dari bus perlu satu sampai dua hari. Lalu nanti kita analisa di Jakarta, mungkin sekitar dua bulan laporan ini bisa selesai," kata Soerjanto.
Adapun analisis akan dilakukan tidak hanya oleh KNKT melainkan akan turut melibatkan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan juga pihak kepolisian.
"Kita akan analisa di Jakarta termasuk dibantu pihak ATPM dengan pihak kepolisian," pungkasnya.
Baca Juga: BREAKING NEWS: 4 Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul Terkonfirmasi Positif Covid-19
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.