Azis mengatakan Dinkes sudah memberikan obat-obatan kepada warga yang bergejala.
Selain itu, juga sudah dilakukan pelacakan kasus untuk mengurangi risiko penyebaran yang lebih luas.
"Kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Tapi, upaya penanggulangan juga sudah dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Hargomulyo Sumaryanta mengungkapkan kronologi dugaan kasus antraks ini.
Sumaryanta menuturkan, kejadian bermula dari adanya sapi milik salah seorang warga yang mati secara mendadak pada Kamis (20/1) pekan lalu.
Sebagai ganti rugi, sebanyak 65 warga kemudian iuran masing-masing Rp100.000 untuk kemudian diberikan kepada pemilik sapi.
Selanjutnya, daging sapi tersebut dibagikan kepada warga yang ikut iuran. Ada 30 warga yang telah mengkonsumsi daging sapi ini.
Baca Juga: Pasutri di Bantul yang Jual Bakso Tiren Selama 7 Tahun Edarkan Dagangan ke 3 Pasar Kota Yogyakarta
"Dari jumlah tersebut sepuluh orang mengalami gejala seperti penyakit antraks mulai dari meriang hingga bagian tangan melepuh karena luka. Terhadap 10 warga tersebut sudah diberikan penanganan dan sudah diambil sampel untuk kepastian penyakit yang diderita,” kata Sumaryanta.
Selain pengambilan sampel untuk uji laboratorium, sisa daging yang belum diolah juga sudah dimusnahkan dengan cara dibakar.
“Kami berharap kepada warga yang mengalami gejala segera ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan,” katanya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.