Dalam RDPU tersebut, salah satu PKL Malioboro, Sujarwo, berharap agar rencana relokasi ditunda sampai dengan setelah Idul Fitri.
Menurutnya, dengan penundaan PKL dapat memperbaiki keadaan ekonominya.
"Permintaan kami ditunda saja, kita ingin mengembalikan pendapatan dulu untuk ekonomi lebih baik," katanya.
Dengan waktu yang mepet, PKL merasa tidak memiliki persiapan apa pun terutama untuk mencari penghasilan yang cepat. Karena, saat relokasi membutuhkan persiapan ekonomi.
"Tidak gampang mencari penghasilan yang cepat," kata dia.
PKL lainnya yakni Supriyati mengungkapkan hal yang serupa. Dia belum siap untuk direlokasi ke tempat baru karena selama dua tahun ini usaha terdampak pandemi Covid-19.
"Memang kita ingin bangkit hampir dua tahun lho kita nggak bisa jualan. Lha ini baru mau bernapas kok dipenggal," ujar dia.
Supriyati juga menilai proses relokasi terkesan tidak transparan, karena saat sosialiasi yang diundang hanya perwakilan-perwakilan atau ketua paguyuban saja.
Baca Juga: Ada Kerja Sama dengan UNESCO, Sri Sultan Hamengku Buwono X: PKL Malioboro Bakal Dipindah
"Pemerintah kota belum pernah mengadakan langsung sosialisasi kepada warga terdampak. Hanya melalui ketua-ketua paguyuban," katanya.
Dia juga meminta pemerintah untuk memikirkan kembali rencana relokasi ini mengingat saat relokasi dilakukan para pedagang membutuhkan modal awal kembali karena harus mulai dari awal.
"Pemerintah harus memperhatikan, kita ini harus babat alas lagi. Modal awal lagi. Apakah itu dipikirkan," beber dia.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.