Anak Agung Alit Merthayasa perwakilan PHDI, menyatakan kerukunan sejatinya tumbuh secara alami, bukan doktrin atau iming-iming akan sesuatu.
Baca Juga: Objek Wisata Bantul Yogyakarta Dibuka dengan Pengaturan Ganjil Genap saat Nataru
“Kerukunan sejatinya bagaimana kita dapat bersama sama dalam kondisi apapun dengan siapapun tanpa memandang dari mana dia berasal, apalagi diungkit soal keagamaan. Kerukuman itu kita bangun dari dalam diri kita sendiri, membangun kerukunan dalam kelurga kita,” ujarnya.
Sementara itu,Kepala Pusat Kajian Demokrasi dan HAM Universitas Sanata Dharma, Baskara T Wardaya SJ, menambahkan berbagai peristiwa intolerasi yang terjadi di DIY beberapa tahun lalu perlu dilihat secara menyeluruh.
Meski peristiwa tersebut terjadi di wilayah DIY, namun pelakunya seringkali dari orang luar DIY atau belum lama tinggal di DIY.
“Entah itu orang dari luar atau belum lama tinggal di DIY. Kalau warga Jogja yang sudah lama tinggal di sini dia sudah terbiasa dengan toleransi,” katanya
Ia menambahkan tindakan toleransi lebih banyak terjadi di perkotaan karena perpindahan penduduk secara masif dan sulit terpantau.
Berbeda dengan di desa, mobilitas pendatang bisa dipantau sekaligus memantau aktivitas masyarakat dengan mudah.
“Selain itu akhir-akhir ini marak terjadinya politik identitas yang juga perlu diantisipasi agar tidak memecahbelah kerukunan," ujarnya.
Baca Juga: Ketum Muhammadiyah Beri Pesan Serius KSAD Dudung: Jangan sampai Indonesia Pecah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.