"Dibanding tahun-tahun sebelumnya curah hujan di musim hujan 2021-2022 kami prakiraan normal hingga atas normal," jelasnya.
Anung menyebut bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada Januari-Februari. Semua pihak pun diminta mewaspadainya karena berpotensi menimbulkan banjir bandang, longsor, sedimentasi waduk.
"BMKG merekomendasikan agar pemerintah daerah maupun stakeholder untuk bisa meningkatkan kerjasama antar daerah agar bisa mengurangi risiko bencana iklim batas kabupaten dan provinsi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan sejumlah daerah untuk bersiap menghadapi bencana kekeringan metereologis pada September hingga November 2021.
Sejumlah daerah di Indonesia yang diprediksi akan menghadapi kekeringan, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Jawa Timur.
Menurut Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi wilayah tersebut perlu mengantisipasi kekurangan persediaan air.
Baca Juga: Hadapi Bencana Kekeringan, BNPB Bagikan Langkah Kesiapsiagaan untuk Pemerintah Daerah
"Potensi bahaya yang perlu diantisipasi yaitu berkurangnya persediaan air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian, kebakaran semak, hutan, lahan dan pemukiman," kata Prasinta Dewi dalam keterangan resmi, Rabu (1/9/2021).
Prasinta menjelaskan peringatan dini hingga langkah kesiapsiagaan menghadapi bencana kekeringan meteorologis sudah dituangkan melalui surat nomor B-121/BNPB/DII/BP.03.02/08/2021.
Hal ini didukung dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai adanya indikasi potensi kekeringan hidrometeorologis hingga dua dasarian ke depan.
Salah satu yang perlu dilakukan, yaitu edukasi kepada masyarakat untuk mulai menghemat penggunaan air bersih hingga melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan air.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.