Hasil investigasi itu kemudian akan dievaluasi masing-masing pihak di sektor transportasi.
"Kita utamanya sih berpikir bagaimana caranya mencegah hal ini terjadi lagi. Apakah misalnya muatan kita tata, kalau bisa kapal-kapal yang mengangkut barang itu ya bener-bener kapal barang," ungkap dia.
Terkait dengan data manifes penumpang yang hingga saat ini masih terjadi perbedaan, Samsi mengaku hal itu disebabkan karana rumitnya sistem transportasi laut sehingga tidak bisa dikontrol secara menyeluruh.
Menurutnya, penyeberangan dengan kapal feri juga ibarat menyeberang di jembatan.
Mereka yang menyeberang terbiasa berlalu lintas tanpa pendataan.
Baca Juga: Detik-detik Tenggelamnya KMP Yunicee di Selat Bali yang Dihantam Gelombang Tinggi dan Karam 5 Menit
"Misalnya ada di seberang mau ke ini, naik saja. Jadi langsung karena sudah biasa bolak- balik. Kadang-kadang hanya bilang, 'Pak, izin ikut'. Tapi ini (nanti) akan kita lihat seperti apa sebenarnya," tutur dia.
Samsi pun meminta semu pihak untuk menyikapi peristiwa ini secara bersama-sama.
Masyarakat juga diimbaum embeli tiket kapal di situs resmi atau di pelabuhan atau agen perjalanan resmi.
Selain bisa tercatat dengan baik, penumpang yang membeli tiket resmi juga akan mendapatkan asuransi perjalanan.
"Situasinya masih ada yang sembunyi-sembunyi, sulit juga kita kejar-kejaran terus. Tapi ini harus jadi pelajaran kalau kita memang mau nyeberang, ya, resmi saja supaya jelas," tandas dia.
Baca Juga: Daftar Identitas Korban Meninggal dan Selamat dalam Insiden Tenggelamnya KMP Yunice di Selat Bali
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.