"Dari video yang saya lihat, tampak seperti meteor terang/bolide," kata Rhorom dilansir dari Kompas.com, Rabu (17/3/2021).
Terlihat dari intensitas cahaya yang dihasilkan, ia menduga meteor yang jatuh itu memiliki ukuran yang cukup besar.
"Untuk dapat terlihat seterang itu, bisa jadi meteor berukuran puluhan sentimeter. Meteor punya beragam ukuran. Dari yang sebesar debu, kerikil, bongkahan batu, hingga yang semeter. Makin besar (ukurannya) makin jarang (ditemukan)," jelas dia.
Baca Juga: Badan Antariksa Eropa Cari Kandidat Astronot, Syaratnya Antara Lain Perempuan dan Tenang
Namun ia menambahkan, ukuran meteor yang kecil pun sudah bisa memunculkan cahaya yang terlihat oleh mata telanjang.
"Meteor yang berukuran lebih dari 1 sentimeter bisa menghasilkan jejak cahaya yang cukup terang dan terlihat dengan mata," papar Rhorom.
Meski begitu, ia mengatakan tidak semua benda bercahaya yang terlihat di langit adalah meteor. Bisa saja itu merupakan sampah antariksa atau mungkin benda buatan manusia.
Walaupun sebenarnya ada acuan untuk mengetahui apakah benda yang jatuh di langit itu merupakan meteor atau bukan.
Baca Juga: Bangun Stasiun Penelitian Luar Angkasa di Bulan, Rusia dan China akan Jalin Kerja Sama
"Kecepatan meteor biasanya lebih tinggi dan bisa menghasilkan cahaya yang lebih terang. Kalau sampah antariksa, cenderung pecah berkeping-keping sedari awal," jelas Rhorom.
Terkait dengan laporan warga yang merasakan getaran sesaat meteor itu meledak, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono memberikan jawaban.
Melalui akun Instagram @daryonobmkg, ia mengatakan tidak ada laporan anomali gelombang seismik saat ledakan dilaporkan terjadi.
"Sensor seismik BMKG di Luwuk tidak mencatat adanya anomali gelombang seismik saat masyarakat Pagimana, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, melaporkan adanya lintasan meteor," tulis Daryono.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.