Para muralis pun berinisiatif memberikan kenang-kenangan lewat sejumlah karya ber-tagline “Matur Nuwun” yang artinya “terima kasih”.
"Ini sebagai bentuk ungkapan terima kasih atas pengabdian Pak Rudy selama ini bagi Solo," jelas koordinator muralis Solo, Irul Hidayat yang dilansir dar Kompas.com.
Salah satu mural yang mereka suguhkan adalah Rudy mencukur rambut Gibran. Mural itu dibuat dengan bumbu parodi.
Meski berbumbu parodi, mural ini mempunyai makna yang mendalam yaitu pesan pengayoman dan bimbingan kepada anak muda.
Baca Juga: Tak Lagi Jabat Wali Kota Solo, Kini FX Hadi Rudyatmo Kembali Jadi Tukang Las
"Visual ini menggambarkan tentang estafet kepemimpinan dan bentuk pengayoman serta bimbingan seorang Rudy kepada anak muda untuk berani berkorban ketika menjadi seorang pemimpin," ucap Irul.
Di sebelah mural “Rudy cukur Gibran”, terlihat mural lainnya, yakni Rudy mengendarai motor Astrea Grand.
Mengenakan polo shirt bermotif garis-garis merah-hitam, senyum lebar terpancar dari wajahnya. Masih di Jl. Ir Juanda, ada mural lainnya yang menampakkan Rudy memakai busana beskap, sedang melambai sambil tersenyum.
Baca Juga: Diisukan Maju Pilgub Jakarta, Refly Harun: Gibran Lebih Untung Maju sebagai Cagub Jawa Tengah
Mural itu dilengkapi kata “matur nuwun” dan visual bangunan, seperti Stadion Manahan, Tugu Keris Tirtonadi, dan Bendung Karet Tirtonadi. Ikon-ikon Kota Solo itu dibangun semasa Rudy menjabat sebagai wali kota.
Selain di Jl. Ir. Juanda, mural-mural dengan tema sama juga dapat dilihat di Stadion Manahan, Bendung Tirtonadi, Ngarsopuro, dan Tugu Keris.
Irul menerangkan mural-mural itu menjadi penanda sejarah bahwa Solo pernah memiliki figur wali kota yang unik, sederhana, dan merakyat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.