Dukuh Karang Tanjung, Sunarto, mengatakan Ngayogjazz pernah digelar di Karang Tanjung pada 2015. Tahun ini, kegiatan akan digelar dengan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat.
“Kami tidak menerima pengunjung dari luar pedukuhan sebab yang bisa masuk hanya tamu undangan dan para artis, kami juga sudah berkoordinasi dengan penyelenggara, tamu dari luar daerah minimal membawa surat hasil rapid test,” ucapnya.
Karang Tanjung ini merupakan desa wisata berbasis kampung iklim sehingga masyarakatnya memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup, serta aktif dan tanggap dalam adaptasi terhadap perubahan iklim.
Banyak potensi budaya yang bisa dieksplorasi di Karang Tajung, seperti, bregada, rampak mban, hadroh, dan beksan wanara. Selain itu, potensi UMKM pun berkembang pesat, seperti perajin pot dari sepet kelapa dan aneka kudapan dari jamur. Di tempat ini juga bermunculan homestay yang dikelola warga desa.
Baca Juga: Mengenang Musisi Benny Likumahuwa, Mengabdi untuk Jazz Indonesia
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, mengungkapkan perhelatan Ngayogjazz 2020 yang digelar secara daring tidak lantas membuat multiplier effect menyusut.
“Pengunjung secara luring memang berkurang, tetapi seluruh penjuru dunia bisa menyaksikan Ngayogjazz 2020, sehingga jangkauan informasinya lebih luas,” kata Singgih.
Ia merasa optimistis Ngayogjazz 2020 justru menjadi media promosi menyongsong Ngayogjazz 2021 yang lebih besar.
Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert, menuturkan dalam Ngayogjazz biasanya Erasmus Huis membawa artis muda untuk tampil di Indonesia. Tujuannya, supaya mereka bisa memiliki pengalaman baru di negara lain.
“Tetapi sekarang tidak mungkin karena pandemi, jadi kami melakukan via daring,” ucapnya.
Rencananya, jika Ngayogjazz 2020 digelar secara luring, artis muda yang dibawa Erasmus Huis akan berkolaborasi dengan Raisa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.