Audy yang tak berprasangka apapun, menurutinya. Bahkan Audy menuruti apapun yang diperintahkan pelanggannya. Seperti memfoto jumlah saldo tabungan dan memasukkan nomor sejumlah nomor di mesin ATM.
"Saya tidak sadar jadi menurut saja yang diminta penelepon," jelasnya.
Setelah itu Audy pun pergi ke panti asuhan di Jalan Giri Mukti, Tlogosari Semarang. Dia memberikan makanan yang dibatalkan pemesannya.
"Waktu itu fokus saya hanya pada makanan agar tidak sia-sia. Akhirnya saya berikan ke panti asuhan," ungkapnya.
Audy baru sadar terkena penipuan ketika ingin melakukan top-up saldo akun ojek online-nya. Awalnya saldo yang Audy miliki Rp500 ribu. Namun kini habis.
"Saya kaget, pas saya cek ternyata saldo di rekening saya sudah habis. Saat itu saya ingin ambil uang untuk top-up," ucapnya.
Teringat dengan aktivitasnya di ATM, Audy pun menghubungi si pemesan makanannya yang menipunya itu. Namun nomor Audy telah diblokir si pemesan.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan BLT untuk Pedagang Kecil Sampai Tukang Ojek Online
Ketika mendatangi pihak bank, uang yang berada di nomor rekeningnya ternyata telah dibelikan pulsa. Padahal uang tabungan tersebut akan digunakan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Kini, Audy hanya bisa ikhlas dengan dua kejadian sekaligus yang menimpanya, order fiktif dan penipuan. Dia kembali mencari nafkah seperti biasa untuk menyambung hidupnya.
"Pendapatan setiap hari Rp30.000 sampai Rp70.000. Tapi pandemi begini pendapatan tidak menentu. Yang penting bisa kerja dan sehat terus," ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.