INTAN JAYA, KOMPAS TV - Kelompok kriminal bersenjata (KKB) terus menebar ancaman teror dengan melakukan penyerangan di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Terakhir, pada 23 September 2020 KKB berani melakukan kontak senjata di tengah Distrik Sugapa yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Intan Jaya.
Berdasarkan laporan kepolisian, kontak senjata di Sugapa terjadi di dua titik berbeda. Pertama, di depan Kantor Bupati Intan Jaya. Kedua, di Pasar Sugapa.
Baca Juga: Dalam Seminggu KKB Bunuh 2 TNI dan 1 Warga Sipil, Diduga Cari Perhatian Jelang Sidang Umum PBB
Meski tidak ada korban jiwa, namun insiden di tengah pusat kota ini menunjukkan KKB tak main-main. Mereka semakin berani untuk melakukan penyerangan di Intan Jaya.
Bahkan, dalam sebuah kesempatan, pihak KKB menyatakan Intan Jaya sebagai wilayah perang terbuka dengan pihak TNI dan Polri.
Kekuatan KKB
Dilansir dari Kompas.com, Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, mengungkapkan aparat TNI-Polri telah memiliki data mengenai sejumlah anggota KKB yang beraksi di Intan Jaya.
Nama Sabinus Waker disebut Paulus sebagai pemimpin KKB di Intan Jaya setelah pimpinan sebelumnya, Ayub Waker, meninggal dunia pada 13 September 2019 karena sakit.
Baca Juga: Mengungkap Motif Teror KKB Di Papua
Paulus mengatakan, aparat sudah mengetahui jumlah anggota KKB di Intan Jaya yang kini sudah menguasai Distrik Hutadipa.
"Mereka sebenarnya tidak banyak, mereka itu sekitar 50-an orang, panglima kodapnya sudah meninggal dunia, yaitu Ayub Waker. Tapi sekarang (Kodap VIII) dikomandoi oleh wakilnya, Sabinus Waker," kata Paulus dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (26/9/2020).
Tidak hanya jumlah anggota, Paulus mengatakan, aparat keamanan juga telah mengetahui jumlah senjata api yang dimiliki kelompok tersebut.
Sebagian besar senjata yang dimiliki KKB berasar dari hasil rampasan anggota TNI-Polri.
Baca Juga: KKB Makin Brutal, Anggota DPR Asal Papua Ini Langsung Temui KSAD Jenderal Andika Perkasa
"Sabinus Waker itu memiliki kekuatan 50 orang dengan 17 pucuk senjata api yang terdiri dari strayer hasil rampasan pada 2015, kemudian ada rampasan 2019 dan 2020, jumlahnya 17 pucuk," kata Paulus.
Jumlah anggota KKB di Intan Jaya bisa saja bertambah karena saat ini ada beberapa kelompok lain dari kabupaten sekitar sedang berjalan menuju kelompok Sabinus Waker.
Lebih lanjut, Paulus menjelaskan alasan KKB memilih wilayah Intan Jaya sebagai lokasi perang terbuka dengan TNI-Polri karena kondisi geofrafisnya.
Menurut dia, kondisi geografis di Intan Jaya umumnya sangat pipih, di mana kawasan pemukiman, perkantoran dan jalan seluruhnya diapit oleh pegunungan. Kondisi tersebut juga berlaku di Sugapa.
Baca Juga: Tambah Pasukan, TNI-Polri dan KKB akan Perang Terbuka di Intan Jaya?
"Mereka pilih Intan Jaya karena arealnya cukup sulit untuk kita hadir dalam jumlah yang signifikan. Di situ daerah yang pipih, tebing-tebing, gunung-gunung, jadi sulit," kata Paulus.
Dengan kondisi geografis seperti itu, KKB dengan mudahnya berulah. Setelah menyerang, mereka bisa langsung melarikan diri.
Ditambah dengan minimnya infrastruktur jaringan telekomunikasi di Intan Jaya, yang membuat koordinasi antar aparat keamanan sulit dilakukan.
Paulus menyebut selama 2020, KKB sudah cukup sering berulah di Intan Jaya.
Baca Juga: TNI-Polri dengan KKB Saling Tembak di Depan Kantor Bupati Intan Jaya dan Pasar Sugapa
"Di 2020 cukup banyak kejadian di Intan Jaya, ada 17 kejadian, mulai dari 14 Januari sampai 23 September 2020," kata dia.
Dari 17 aksi KKB jumlah korban sebanyak 6 orang luka-luka dan 6 orang tewas. Terdapat juga kerugian meteril akibat ulah KKB di Intan Jaya.
Setidaknya KKB pernah melakukan pembakaran terhadap 2 eskavator dan 1 warung.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.