“Jadi, penerapan ilmu komunikasi itu bukan di riset komunikasi, tapi bagaimana kita mengolah temuan di lapangan menjadi sebuah produk komunikasi,” sambungnya.
Baca Juga: Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah dan Pengertiannya: Skripsi, Tesis hingga Disertasi
Ditanya soal alasan memilih video dokumenter ketimbang skripsi untuk kelulusan, Arief menjelaskan bahwa hal ini karena dia pernah magang di sebuah rumah produksi yang berfokus pada dokumenter, yakni Watchdoc.
“Sebelum aku masuk di magang dokumenter itu, dulu aku melihat beberapa senior yang ngerjain dokumenter buat tugas akhir itu aku rasa keren,” ungkap dia.
Selain itu, video dokumenter ini juga bisa menjadi format baru dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia. Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia rendah.
Melalui media audio visual ini, Arief berharap isu yang dibawa dapat menjadi pemantik diskusi, tak hanya di kalangan akademisi, tetapi juga di masyarakat luas.
“Intinya yang aku dapetin ketika bikin dokumenter, terutama kalau dari hasil riset, terus kita bikin audio visual itu bisa buat diseminasi ilmu pengetahuan,” ucap dia.
Baca Juga: Akal-akalan Dosen Klaim Skripsi Mahasiswa di Jurnal Internasional Demi Gelar Guru Besar
Arief menambahkan, video dokumenter ini juga bisa menjadi portofolio yang kuat saat melamar pekerjaan. Pihak recruiter bisa mengetahui kemampuan Arief di bidang media melalui portofolio yang dimilikinya.
“Dan aku juga kemarin kebantu banget ketika tugas akhir dokumenter, aku ngelamar di media, itu bisa jadi portofolio yang kuat untuk jadi obrolan sama kantor. Jadi mereka tahu aku bisa membuat satu produk sesuai jurusan kuliahku,” pungkas Arief yang saat ini bekerja sebagai jurnalis di salah satu portal media nasional.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.