Rahmat juga belajar berbisnis. Keterbatasan ekonomi menuntut dirinya untuk lebih kreatif agar bisa mendapat penghasilan tambahan. Hobby membuat handcraft coba dikembangkan menjadi ladang bisnis dengan nama "AdeeraGift". Dia menyediakan jasa atau layanan membuat parsel, buket, mahar, dan handcraft lainnya.
“Alhamdulillah, usaha yang aku jalankan bisa membantu membiayai kebutuhanku dan mengurangi beban orang tua dan kakaku yang ada di desa. Karena di kampus, aku tidak mendapatkan beasiswa,” sebutnya.
Di tengah beragam aktivitas yang dijalani, termasuk menjadi volunteer di salah satu NGO, Rahmat mendapat informasi ada program beasiswa bernama MOSMA Kementerian Agama. Dia mendapat informasi ini dari dosennya di Prodi Tadris Bahasa Inggris.
Baca Juga: Panji Gumilang Tersangka, Wapres: Santri Al Zaytun Harus Dibimbing agar Tidak Ada Pikiran Menyimpang
Dikutip dari situs Kementrian Agama, kamis (24/8/2023) MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. MOSMA berbentuk program mobilitas fisik yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri. Program ini berlangsung selama 1 semester dengan durasi maksimal 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.
Kesempatan ini tidak Rahmat sia-siakan. Dia bertekad untuk meraih kembali kesempatan kuliah di luar negeri. Tes TOEFL diikuti dan alhamdulillah hasilnya diatas rata-rata. Lulus seleksi administrasi, Rahmat lanjut ke tes wawancara dengan bahasa Inggris.
“Aku belajar dari youtube, teman, dan dosen dosenku mengenai wawancara. Tetapi waktu itupun masih sangat kurang bagiku karena baru ngumpulin bahan buat wawancara, eh jadwal wawancara itu udah keluar dan belum sempat latihan mock interview gitu. Alhasil aku wawancara dengan bahan mentah dan rasa deg degan yang tinggi,” kenangnya.
"Beruntung ada MOSMA Kemenag. Batal ke China, saya dapat kesempatan kuliah ke Amerika," ujarnya.
Sontak kampus heboh mendengar salah satu mahasiswanya lulus seleksi beasiswa kuliah di Amerika. Para dosen dan temen seperti tidak percaya. Apalagi mendapat beasiswa penuh untuk kuliah satu semester di Amerika. Kehebohan juga terjadi di desa. Banyak orang yang datang dan memberi ucapan selamat, penanda bangga ada anak daerah yang berhasil kuliah ke luar negeri.
“Aku menangis. Karena Bapak meninggal sebulan sebelum kabar bahagia ini datang. Padahal dia adalah orang yang paling mendukungku untuk bisa berkuliah di luar negeri,” ucapnya terbata-bata.
“Alhamdulillah mama masih ada. Dia benar benar terharu. Air matanya berderai karena anak bungsunya bisa mewujudkan impiannya,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.