JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia tahun 2023 ini tidak ada salahnya untuk menengok kembali pahlawan nasional pejuang kemerdekaan.
Sebagian masyarakat mungkin hanya mengenal Ir Soekarno dan Muhammad Hatta sebagai pahlawan kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Padahal, ada banyak pahlawan lainnya yang turut berperan penting dalam perjuangan menuju proklamasi kemerdekaan.
Dalam HUT ke-78 RI 2023 ini, ada baiknya untuk mengenang kembali jasa para pahlawan baik yang tercatat dan sejarah maupun yang tidak selama melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
Baca Juga: 80 Twibbon dan Ucapan Hari Pramuka 2023 Bahasa Inggris dan Indonesia, Quotes dari Tokoh Kepanduan
Berikut ini setidaknya 10 pahlawan nasional kemerdekaan 17 Agustus 1945 selain Soekarno dan Hatta, dikutip dari berbagai sumber, Senin (14/8/2023).
Saat usianya masih 31 tahun, Soedirman sudah menjadi Jenderal dan merupakan salah satu tokoh besar di masa revolusi.
Pada awal proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sudirman memimpin pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dalam merebut senjata dari tentara jepang yang ada di Indonesia.
Pada 23 Agustus 1949, pemerintah membentuk Badan keamanan Rakyat (BKR). Sudirman diangkat menjadi ketua BKR untuk memimpin pertempuran Ambarawa.
Ketika Agresi Militer Belanda II terjadi di Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Soedirman memberi sebuah pernyataan penting ketika bertemu Soekarno.
Soedirman pernah berkata bahwa dia harus bergabung dengan rakyat demi menentukan kemerdekaan Indonesia.
Jenderal Soedirman juga tidak tinggal diam. Dia memutuskan untuk melakukan perang gerilya di wilayah pedesaan. Pertama menuju ke arah selatan, Kretek, lalu ke selatan lagi ke Parangtritis, kemudian ke Imogiri.
Baca Juga: 35 Quotes Kemerdekaan dari Para Tokoh Nasional, Bisa Jadi Tagline dan Motto HUT ke-78 RI
Muhammad Yamin adalah seorang pemikir sejarah, sastrawan, ahli bahasa, politisi, dan ahli hukum sekaligus tokoh pergerakan nasional.
Ia merupakan salah satu bapak bangsa yang ikut serta dalam penyusunan UUD 1945 dengan mencetuskan 5 asas dasar negara Indonesia dalam sidang BPUPKI.
Selain itu, Muhammad Yamin juga merupakan tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda. Ia menulis ikrar Sumpah Pemuda pada umur 25 tahun.
Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang dijuluki “Raja Tanpa Mahkota” oleh pemerintah Belanda ini adalah penempa para tokoh pergerakan nasional. Ia wafat di Kabupaten Ponorogo, 17 Desember 1934.
Tjokroaminoto adalah tokoh penentang feodalisme dan merupakan guru politik serta induk semang Presiden Sukarno serta tokoh pergerakan lain, seperti Semaoen, Musso, Alimin, dan Kartosoewiryo.
Pidato dan tulisannya juga menginspirasi puluhan ribu orang dan menumbuhkan semangat kebangsaan.
Sewaktu Perang Aceh melawan Belanda meletus pada 1873, Cut Nyak Dien ikut turun di medan guna memberikan perlawanan.
Peranan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh sangat besar. Ia bahkan menjadi sosok yang ditakuti oleh Belanda.
Cut Nyak Dien terlibat perang dengan Belanda adalah tewasnya sang suami dalam Perang Aceh melawan Belanda pada 1873.
Suami Cut Nyak Dien adalah Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, seorang Uleebalang Lam Nga XIII.
Selain itu, ia aktif berjuang di medan perang karena tidak mau menjadi budak dari para penjajah Belanda yang ingin menguasai Aceh.
Baca Juga: Link Download Logo HUT ke-78 RI Resmi dan Lengkap dari Setneg: Format PNG, CDR, PDF hingga Vektor
Cut Nyak Meutia dikenal sebagai sosok pemberani dan memiliki semangat juang yang tinggi serta tekad kuat untuk mengenyahkan para penjajah.
Cut Nyak Meutia bertempur melawan Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau lebih dikenal sebagai Teuku Tjik Tunong.
Mereka bersama-sama melalui perjuangan yang panjang, namun pada akhirnya Teuku Tjik Tunong ditangkap oleh pihak Belanda pada bulan Maret tahun 1905.
Teuku Tjik Tunong kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Belanda di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, ia berpesan pada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya sepeninggal dirinya kelak.
Nyi Ageng Serang lahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi adalah putri dari Pangeran Natapraja yang tak lain adalah seorang penguasa daerah Serang, Jawa Tengah. Ia juga merupakan salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga.
Nyi Ageng Serang merupakan nenek dari R.M. Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
Pada awal Perang Diponegoro pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang yang berusia 73 tahun memimpin pasukan dengan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Tidak hanya turut berperang, ia juga menjadi penasihat perang. Nyi Ageng Serang berjuang di beberapa daerah, seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus dan Rembang.
Nyi Ageng Serang mengikuti pelatihan kemiliteran dan siasat perang Bersama dengan prajurit pria. Menurut keyakinannya, selama ada penjajahan di bumi pertiwi, makai a harus siap tempur untuk melawan para penjajah.
Salah satu strategi perang paling terkenal darinya adalah penggunaan lembu (daun talas hijau) untuk penyamaran.
Nyi Ageng Serang pernah langsung memimpin geriliya disekitar desa Beku, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Doa HUT ke-78 RI Teks dan Bahasa Arab, Bisa untuk Upacara 17 Agustus 2023
Haji Agus Salim berperan banyak dalam memerdekakan Indonesia. Ia memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Sarekat Islam.
Ia juga masuk sebagai anggota PPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, memimpin surat kabar Hindia Baroe, dan masih banyak peran lainnya dalam memperjuangkan Indonesia.
Kemahirannya dalam banyak menguasai bahasa asing, membuatnya dikenal sebagai diplomat yang cerdik dan pendebat yang ulung pada kala itu.
Sutan Sjahrir dikenal sebagai salah satu anggota yang mengorganisir kemerdekaan Indonesia bersama Soekarno-Hatta.
Ia menjadi perintis Jong Indonesie atau Pemuda Indonesia. Dari sini ia ikut meramaikan Kongres Pemuda Indonesia yang menjadi kongres monumental tercetusnya Sumpah Pemuda tahun 1928.
Ia pun aktif dalam Perhimpunan Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Selanjutnya, ia masuk menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) untuk terjun langsung dalam pergerakan nasional.
Pasca kemerdekaan, sejak 14 Agustus 1945 sampai 3 Juli 1947, ia aktif menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia pertama.
Otto Iskandardinata adalah salah satu tokoh yang mengusulkan Soekarno dan Moh. Hatta menjadi presiden dan wakil presiden pertama untuk Indonesia.
Otto Iskandardinata adalah salah satu anggota BPUPKI dan PPKI, di mana ia aktif mengikuti persiapan kemerdekaan.
Ia awalnya merupakan seorang guru yang juga anggota dari Volksraad atau Dewan Rakyat. Ia pun aktif menjadi anggota Paguyuban Pasundan dalam memperjuangkan Indonesia.
Dari sini, kiprahnya dikenal sebagai orang yang berani mengecam dan non-kooperatifnya terhadap Belanda.
Baca Juga: 87 Link Twibbon HUT ke-78 RI atau 17 Agustus 2023 Keren dan Terbaru, Berikut Cara Buatnya Gratis
Ia pun dijuluki sebagai Jalak Harupat karena keberanian dan kekuatannya dalam menghadapi Belanda tanpa rasa takut.
Semasa penjajahan Jepang, ia menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja. Setelah Indonesia merdeka, ia pun ditunjuk sebagai Menteri Negara pada kabinet Indonesia pertama, dan bertugas untuk membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bung Tomo dikenal dalam membangkitkan semangat rakyat melawan kembalinya penjajah Belanda. Perjuangan tersebut berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Ia mengobarkan semangat perlawanan, mengajak seluruh rakyat bersatu dan merebut tempat-tempat penting yang diduduki Sekutu.
Sosoknya terekam kuat dalam potret diri yang mengacungkan telunjuk dan tatapan mata tajam. Bung Tomo adalah tokoh “pemberontak” termasyhur.
Sumber : Berbagai sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.