Meski begitu, ia tak membenarkan aksi pemukulan terhadap pengadil.
“Cerita lama sepak bola di level amatir dan pembinaan yang tercoreng oleh oknum-oknum,” katanya, Minggu (15/9/2024), dilansir dari Kompas.com.
“Saya tidak bisa menunjuk satu-dua orang yang salah di momen ini. Ketika dulu jadi wasit dan tugas di ajang multievent seperti ini pasti tekanan dan 'permainan'-nya lebih tinggi,” tambahnya.
Ia melihat sang pengadil masih belum bisa menangani tekanan dengan baik di pertandingan tersebut.
“Saya rasa dari nama-nama yang bertugas sejak kemarin, kebanyakan adalah wasit-wasit lokal yang kualifikasinya sudah nasional tetapi secara level pengalaman belum seharusnya ada di level laga dengan atmosfer seketat itu,” ucapnya.
Ia mengatakan hal itu sangat terlihat dari berbagai keputusan yang diambil wasit.
“Wasit salah pernafsiran, berada di posisi salah, dan keputusan pun terlihat penilaiannya ngaco di luar Laws of the Game,” tuturnya.
“Kejadian hari ini hanya puncaknya, sebelum-sebelumnya juga sudah sering,” tambah Ibam.
Ia menegaskan respons pemain Sulteng salah, tetapi bisa dimengerti karena dalam kondisi emosi seperti itu, hal tersebut bisa terjadi.
“Insting akan melawan apabila dirugikan dengan cara yang sangat kentara."
Baca Juga: [FULL] Viral di Medsos, Ini Ragam Masalah hingga Dugaan Penyelewengan di PON Aceh-Sumut 2024
Ibam pun menegaskan, untuk selanjutnya pengawasan terhadap kinerja wasit amat diperlukan.
“Setelah kejadian ini pantauan dari pusat pasti akan diperketat dan penugasan wasit bakal lebih dijaga di babak selanjutnya,” katanya.
“Apa yang terjadi di laga tadi, saya rasa itu kejadian terus berulang karena pengawasannya tidak maksimal. Wasit-wasit yang bertugas belum saatnya ada di level laga seketat itu,” sambungnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.