“Saat Anda merupakan tim kecil, Anda tak memiliki kerugian apa pun,” ujar pelatih asal Prancis itu dikutip dari The New Straits Times.
“Satu-satunya hal yang kami katakan sebelum kompetisi adalah apa pun yang terjadi, kami tak ingin ada penyesalan setelah kompetisi, penyesalan karena mungkin tak memainkan sepak bola kami atau mungkin tak menikmati kompetisi ini seperti seharusnya,” ujarnya.
Sagnol diangkat sebagai pelatih Georgia sejak Februari 2021, usai dirinya tanpa klub setelah meninggalkan Bayern Munchen sebagai pelatih interim pada 2017.
Keputusannya melatih Georgia pun mengejutkan, mengingat sepak bola negara tersebut jauh dari ingar bingar sepak bola Eropa.
Ia pun mengungkapkan alasannya memilih Georgia sebagai tim yang dilatihnya.
“Saya tak memiliki alasan apa pun dengan Georgia, jadi ketika saya menemukan mereka ingin memakai jasa saya, ‘Kenapa Georgia?’ Saya juga tak tahu,” katanya kepada FIFA.
Pelatih berusia 47 tahun itu pun menegaskan Federasi Sepak Bola Georgia selalu mendukungnya.
Padahal Kepala Federasi Sepak Bola Georgia, Levan Kobiashvili merupakan salah satu musuh besarnya ketika masih bermain.
Kobiashvili merupakan mantan andalan Schalke 04, salah satu musuh bebuyutan Bayern di era Sagnol bermain.
Baca Juga: Hasil Euro 2024 Malam dan Dini Hari Tadi: Portugal Dikalahkan Georgia, Belgia dan Rumania Imbang
“Skuad membutuhkan suntikan pemain muda untuk starter, dan kami memiliki naik dan turun. Tetapi federasi selalu mendukung saya dalam aspek ini, yang mana penting bagi saya,” kata Sagnol.
Pada babak 16 besar, Georgia akan menghadapi tim kuat lainnya, Spanyol.
Keajaiban Georgia pun diharapkan bisa berlanjut ketika melawan La Furia Roja.
Sumber : The New Strait Times/FIFA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.