Dana itu akan disalurkan kepada korban, baik dari pihak suporter maupun teman-teman kepolisian yang menjadi korban.
PN-SSI Jawa Timur kemudian mengajak Ultras Gresik untuk bersilaturahmi dengan Kapolres Gresik AKBP Adhitya Panji Anom.
Silaturahmi itu untuk membahas langkah-langkah strategis setelah insiden sekaligus menegaskan bahwa suporter sepakbola bukan musuhnya polisi, begitu juga sebaliknya.
“Kami juga menyampaikan permintaan maaf kepada pihak kepolisian atas insiden yang sebenarnya di luar kendali kami. Karena selama ini, yang kami tahu, kultur sepakbola Gresik tidak seperti itu (merusak dan menyerang polisi),” kata Ketua PN-SSI Jawa Timur, Mimit Tirmidzi dikutip dari laman resmi PSSI, Senin.
Mimit juga berharap, teman teman suporter sepakbola Jawa Timur harus bisa menahan diri agar tidak mudah disusupi pihak ketiga. Karena dampak dari kerusuhan suporter bisa berakibat fatal bagi sepakbola Indonesia.
Senada dengan Mimit, salah satu sesepuh Ultras Gresik, Tharom Muharom juga menyampaikan hal yang sama.
"Kami sangat menyesal dan menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada pihak kepolisian. Kami akan terus melakukan edukasi kepada teman teman kami yang di bawah agar bisa lebih baik lagi,” ujar mantan Ketua Umum Ultras Gresik itu.
Kapolres Gresik, AKBP Adhitya Panji Anom menyampaikan ucapan terima kasih atas respons cepat yang dilakukan oleh suporter Jawa Timur yang telah bersilaturahmi ke kediamannya.
“Karena tugas polisi hanya mengamankan bukan sebagai musuh suporter. Toh, bila polisi dan suporter bekerja sama, pasti ada banyak hal positif yang dihasilkan, dan itu sudah terbukti banyak hal positif dari kolaborasi polisi dan suporter,” ujar AKBP Adhitya.
Baca Juga: Rekaman Amatir Suporter Sepak Bola Ricuh di Stadion Gelora Joko Samudro Gresik
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.