JAKARTA, KOMPAS.TV – Selama ditukangi pelatih Shin Tae yong, Witan Sulaeman selalu jadi andalan Timnas Indonesia di pelbagai turnamen. Termasuk jadi kunci kelolosan tim Garuda ke Piala Asia 2023 setelah 15 tahun absen.
Namun, kini di laga AFF 2022 yang krusial melawan Thailand jadi bulan-bulanan lantaran membuat kesalahan fatal gagal cetak gol yang kosong melompong.
Akibatnya, ia diledak mirip Darwin Nunez, striker Liverpool yang sering buang-buang peluang matang.
"Berapa banyak Darwin Nunez di Indonesia?" cuit @troll_football dan ditonton lebih dari 3 juta orang di twitter.
Di laga itu, Witan sejatinya tidak bermain jelek dan jadi pemain pertama yang menekan lawan, sejak dari gawang. Terbukti Witan sukses merebut bola dari kiper Thailand, Kittipong Phoothamchuek.
Namun, Witan yang yang tinggal mengarahkan bola ke gawang kosong justru tendangannya melebar tipis dari tiang gawang.
Peristiwa itu bikin Shin Tae yong gemas melihat Witan dan bahkan sampai terduduk di pinggir lapangan.
“Menurut saya memang Witan adalah salah satu pemain dengan finishing terbaik di lini penyerangan. Tidak ada alasan dan harusnya bisa cetak gol. Wajib, harusnya," kata Shin Tae-yong seusai pertandingan usai laga.
Total, selama diasuh STY di level senior, Witan yang kerap beroperasi di sisi kiri dan kanan sudah 8 gol dan diprediksi akan terus menambah keran golnya lantaran umurnya yang masih 21 tahun.
Baca Juga: Piala AFF 2022: Witan Sulaeman Gagal Cetak Gol ke Gawang Kosong, Ini Kata Shin Tae-yong
Kualifikasi Piala Asia pada tengah bulan lalu jadi bukti ia adalah pemain terbaik timnas di era STY.
Di laga menentukan lawan Nepal, ia mencetak gol menit ke-43 dan ke-81 lewat sebuah tendangan terukur ke gawang Nepal. Laga itu berkesudahan 7-0 untuk timnas pada pertandingan pada Rabu (15/6/2022) dan timnas lolos ke Piala Asia.
Profil Witan Sulaeman adalah puzzle kunci Shin Tae-yong dalam meramu timnas hingga sukses menembus gelaran paling elit sepakbola antar negara di Benua Asia.
Witan Sulaeman sendiri lahir di Palu, 8 Oktober 2001 di Palu, Sulawesi Tengah.
Baca Juga: Saran Shin Tae-yong ke Witan dan Egy: Jangan Terlalu Kidal
Sedari kecil, bakat sepakbolanya memang sudah terlihat. Witan juga bukan dari keluarga berada, ayahnya adalah seorang tukang sayur.
Saat Witan Kecil, ia disekolahkan di SSB Galara Utama, Palu. Lantas, ia pun mengikuti seleksi dan diterima di diklat Ragunan.
Ia dianggap sebagai bocah ajaib karena skill dan kemampuan olah bola yang mumpuni di usia dini.
Oleh Indra Sjafri, pemain berjuluk "The Baby Face Assasin" itu akhirnya diajak ke Timnas U-19 padahal usia dia paling muda saat itu, yakni 16 tahun.
Witan berhasil membuktikan dengan mencetak 9 gol dari 13 pertandingan pada 2017-2019.
Hingga kini, bocah ajaib asal Palu itu selalu jadi andalan timnas di usianya yang baru menginjak 21 tahun.
Karirnya pun meroket, dari Diklat Ragunan, sempat ke PSIM Yogyakarta hingga sekarang di Liga Eropa.
Kini, ia merumput bersama AS Trencin di Liga Slowakia dan sudah mencetak 6 gol dalam 10 laga.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.