Jepang kemudian mendatangkan sejumlah pemain kelas dunia yang berada di tahap akhir kariernya untuk bermain di sana.
Mereka termasuk Zico, Dunga dan Gary Lineker.
Kedatangan mereka pun diharapkan bisa meningkatkan standar sepak bola di Jepang.
Namun krisis ekonomi yang terjadi pada 1997 berdampak pada sepak bola Jepang.
Sejumlah klub bangkrut karena banyak investor yang menarik dukungan, serta penonton yang hanya sekitar 10.000.
Dewan J-League kemudian mengubah pendekatan kepada tiap klub agar mempersiapkan diri jika terjadi krisis ekonomi lagi.
Mendorong klub untuk membentuk kemitraan dengan komunitas lokal, perusaahan kecil serta akademi akar rumput.
Selain itu, mempromosikan olahraga kepada anak-anak muda dan mendorong partisipasi, serta meningkatkan kehadiran penonton.
Seiring berjalannya waktu, kualitas liga semakin bagus, yang akhirnya membuat kemampuan pemain Jepang pun kian banyak dilirik oleh klub-klub Eropa.
Baca Juga: Luis Enrique Kaget, Tak Sadar Spanyol Sempat Nyaris Gagal Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022
Sejak Yasuhiko Okudera, yang membela FC Koeln, Hetha Berlin dan Werder Bremen pada rentang 1977 hingga 1986, serta Kazuyoshi Miura bersama Genoa dan Dinamo Zagreb, saat ini sudah tidak asing lagi ada pemain Jepang yang bermain di Eropa.
Bahkan dari 26 pemain yang dibawa pelatih Hajime Moriyasu pada Piala Dunia 2022 di Qatar, 19 pemain berlaga di Eropa. Sebanyak delapan dari 19 pemain itu merumput di Jerman.
Ritsu Doan yang mencetak gol saat Timnas Jepang menang atas Jerman dan Spanyol, saat ini merupakan andalan klub Bundesliga, Freiburg.
Dengan pencapaian saat ini, bukan tak mungkin visi 100 tahun sepak bola Jepang untuk memenangi Piala Dunia 2096 akan terwujud.
Sumber : These Football Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.